Sejak awal terbitnya Novel "Twilight Saga" memang sudah mengundang rasa penasaran banyak orang. Apalagi kemudian di filmkan. Siapa yang tidak ingin tahu intrik yang terjadi pada percintaan antara Bella Swan (Kristen Stewart) anak manusia dan Edward Cullen (Robert Pattinson) si vampire ganteng ? apalagi kemudian di tambah dengan hadirnya Jacob Black (Taylor Lautner) yang keturunan srigala / werewolf, sebagai orang ke-3 di kehidupan cinta Bella dan Edward. Karakter yang terbangun hampir sempurna dari setiap pemain di film sequel Twilight Saga. Pada akhirnya, memberikan kita pemikiran dan penilaian yang berbeda pada film ini. Bahwa cinta memang tak kenal logika.
Cinta memang usaha menyatukan banyak perbedaan. Menuntut jutaan pengorbanan dan toleransi setingkat langit. Itulah yang dilakukan Bella. Mencintai Edward berarti masuk pada satu dunia horor yang memposisikan dirinya sebagai mangsa. "I'd never given much thought to how I would die, but dying in the place of someone I love seems like a good way to go" - Begitulah akhirnya, Bella memutuskan, bahwa kematian akan sangat indah jika berada di dekat orang yang di cintainya. Pelajaran dari sikap ini adalah keteguhan hati, bahwa mencintai seseorang yang memiliki perbedaan menjurang dengan latar belakang budaya bahkan dunia. Memang menuntut tak hanya keteguhan hati. Namun sangat perlu di pahami, apakah pengorbanan itu telah sepadan dengan apa yang kita dapatkan.
Karakter Edward Cullen yang tampan, penyayang, pelindung dan rela berkorban apapun demi kebahagiaan Bella. Memang sudah sewajarnya untuk di berikan segenap jiwa. Ini lah yang disebut "True Soulmate" - Belahan Jiwa yang sesungguhnya, apa yang kita beri sepadan dengan apa yang kita dapatkan. Tidak ada pengorbanan sepihak. Edward bahkan rela melepaskan Bella yang merupakan hidupnya, kepada Jacob - teman masa kecil Bella yang juga sangat mencintainya. Asalkan Jacob bisa memberikan kehidupan manusia yang normal. Bukan kehidupan vampire penghisap darah atau manusia srigala yang emosional dan siap menerkam. Edward hanya ingin melepaskan Bella dalam kebahagiaan dan kenyamanan dalam hidup.
Namun Bella terlanjur memilih. "Edward is my life". Pernikahan pun terjadi. Bulan madu tak biasa hingga kehamilan super cepat ala vampire dengan segala derita yang di tanggung Bella, karena tubuh manusianya tidak dirancang untuk mengandung bayi vampire. Wajahnya menua, tulang tulangnya patah sampai akhirnya rela meminum galonan darah, karena bayinya menolak semua nutrisi yang di berikan kecuali darah manusia yang harus di minum langsung oleh Bella. Perjuangan mempertahan cinta yang luar biasa !. Hingga akhirnya, ia pun meregang nyawa saat melahirkan Renessme Carlie Cullen. Dan menerima racun vampire dari Edward, yang kemudian merubah speciesnya menjadi manusia pecandu darah. Dan semua itu, di putuskan dan dilakukan tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya.
Membaca Novel ini lalu mengikuti sequel film Twilight Saga, akan lebih nikmat jika kita tak memasukkan unsur agama dan budaya di dalamnya. Akan terlalu banyak pertentangan yang terjadi, apalagi untuk orang Indonesia dengan banyak perbedaan ras, agama dan budaya. Sebagai orang tua, relakah anak kita menikah dengan orang yang berbeda keyakinan ? Pasti akan ada penolakan dan pertentangan yang luar biasa, apalagi dengan manusia berjenis vampire ? Apakah pernah terbayangkan, punya seorang cucu vampire, meskipun ia secantik bidadari ?. Tentunya, kita lebih memilih jalur yang normal - normal saja.
Tapi Novel dan Film Twilight Saga tak mungkin mengguncang dunia dan begitu fenomena, terutama di kalangan remaja, jika tidak ada hikmah yang terkandung begitu besar di dalamnya. Tentang keteguhan, kebesaran dan kekuatan cinta ! Namun, tetaplah ajarkan putra putri kita untuk mengenal cinta yang berlogika dan selalu berpegang teguh pada agama. Bahwa, ada kehidupan yang lebih indah dan abadi, dan itu bukan di dunia vampire :-)
- Tulisan ini bukan resensi, sekedar suara hati seorang Ibu -
Salam
Ria Jumriati