Kepergian orang tua untuk selamanya, baik Bapak apalagi Ibu, sama mengundang duka mendalam, yang terkadang terbalut penyesalan tentang bakti yang tergerus waktu dan kesibukan. Saya salah satunya. Jarak tempuh rumah dan kediaman orang tua terbentang antar kota antar provinsi. Hingga menyisakan waktu hanya 1 hari kebersamaan sebelum akhirnya Ibu saya di ambil oleh Sang Pencipta. Seminggu sebelum wafatnya Almarhumah Ibu tercinta, Tuhan yang Maha Baik masih memberi kesempatan pada saya untuk memotong kuku, memandikan dan menyuapi makanan terakhirnya dari tangan saya. Ada firasat kecil yang terus saya tolak, bahwa masih banyak waktu kebersamaan dengannya, meski kenyataannya, seminggu kemudian Ibu mendadak koma dan tak pernah membuka mata hingga sakratul maut menyapa.
Saya menjadi saksi tanpa tidur dan lelah, saat tubuh Ibu bertransaksi dengan ruhnya. Beraneka expresi tergambar di wajahnya nan lembut. Kadang sedih, senyum, mengernyit lalu datar dan tenang. Perjalanan sakratul tengah dijajakinya. Saat perlahan aliran air infus tak lagi di terima tubuhnya. Sesendok air putih pun tak lagi mampu di tegak.Perlahan dan pasti, terlepas hal-hal duniawi, karena proses transaksi dengan sang ruh hampir mencapai titik temu.
Bersahutan kalimat Syahadat mengiringi proses ruh terlepas dari jasad Ibu. Tak ada kernyitan pedih di wajahnya tapi sesungging senyum cantik, saat akhir transaksi ruh & jasad itu di tandai dengan hembusan terakhir Ibu dalam Khusnul Khotimah.
Innalillahi Wa Innailahi Rojiun.
Ruh Ibu dalam keyakinanku, terbang tinggi bersama 2 malaikat berwajah putih dengan kain kafan dan wewangian semerbak produksi Surga Illahi Robbi. Melewati pintu pintu langit dimana semua malaikat penjaganya membuka dengan wajah sumigrah menyambut ruh baik sesuai amalan Ibu semasa hidup. Lalu menyerahkan seluruh ruh kehidupan yg pernah di pinjamkan Allah SWT. Pada pintu langit utama, amalan Ibu senantiasa di terima olehNYA.
Dalam keyakinanku, ruh Ibu terlalu suci dan bahagia untuk sekedar menengok kami anak-anaknya di dunia fana. Terlalu indah apa yang terpapar di perjalanan sucinya saat ini.
Dalam keyakinanku, inilah perjalanan indah yang sering ia ceritakan semasa hidup. Secarik kertas berisi doa siang malam, tulisan-tulisan tangan Ibu tentang do'a, yang tersemat hampir di setiap Al-qur'an yang di milikinya. Ketulusan beramal, membantu tiada pamrih dan keikhlasan tiada berujung, saat tidak semua anak memahami kecewa dan sakit hati yang mungkin di pendamnya. Kini, semua itu menjadi lentera terindah, terang gemerlap tiada pernah redup, yang Insya Allah terus menemani luas dan lapangnya alam kubur Ibuku, di temani jutaan amalan baiknya hingga hari akhir datang dan mengangkatnya ke Surga Illahi Robbi.
Dalam keyakinan imanku, sosok Ibu kelak akan meraihku menjajaki titian Shirat menuju keabadian nan Indah di Surga Al-Jannah. Insya Allah....
Amin YRA
20 November 2016, 15.37 WIB
No comments:
Post a Comment