Tanggal 8 May merupakan Moment bagi seluruh Ibu di dunia merayakan berkah dan anugerah menjadi Ibu. Hari ini memang patut untuk sekedar di rayakan dengan rasa syukur dan sukacita antara kita para wanita dengan karunia yang sama. Jalan apapun yang membentuk kita menjadi Ibu, Apapun proses yang telah terlewati hingga takdir menjadikan kita Ibu seorang anak. Karunia Tuhan akan sama derasnya mengalir bagi mereka yang merelakan raga, hati, sanubari, nurani dan seluruh hidup untuk berkolaborasi denganNYA tuk bertaut doa bagi buah hati tercinta yang dititipkan Tuhan yang tak sekedar di pelihara tapi dijaga dengan penuh kasih dan cinta yang konon tercipta langsung dari Surga. Bukan sekedar kiasan ayat, atau kata mutiara semata bahwa satu satunya pekerjaan paling mulia yang gema doanya bisa menembus kesakralan langit ke tujuh, hanyalah suara seorang Ibu. Tak berlebihan, jika hal termulia di dunia dan kerjaaan akhirat yaitu Surga, berada di bawah telapak kaki Ibu.
Selalu ada cerita tentang indahnya kasih Ibu, dimana mukjizat selalu menyertainya. Bahkan kemustahilan sebagai manusia biasa, terkadang bisa dilakukan seorang Ibu lewat spontanitasnya dalam berdoa bagi buah hati tercinta. Selalu ada energi diluar kendali diri yang tiba tiba berbuncah ketika seorang Ibu mendengar anaknya celaka. Sikap melindungi yang terlalu berlebih dari seorang Ibu, bisa jadi menganggu sebagian orang. Namun pada nurani Ibulah, suara hati Tuhan bisa dengan jernih terdengar. Hingga, duga dan rasa nya sering kali benar adanya . "I'm a Paranoid Mother", Itu adalah julukan yang datang dari beberapa guru anak saya. Dan saya bangga mendapat julukan itu, dan merasa kasihan pada siapapun terlebih seorang pendidik, yang menyepelekan nurani seorang Ibu, hingga hanya mengecek keberadaan anak remaja saya di sekolah, adalah kegiatan yang mengganggu mereka. Mungkin perlu kurikulum baru untuk para pendidik, agar lebih memahami tentang kedalaman sanubari seorang Ibu. Bagi pendidik yang ber nurani dangkal, perlu ber puluh puluh kurikulum untuk memahaminya atau mungkin tidak akan pernah di pahaminya sampai kapanpun. Semoga, tak lagi saya temui pendidik dengan nurani seperti ini di kemudian hari.
Dan saya tetap menjalani berkah ini sesuai apa yang diamanatkan takdir, untuk senantiasa memahami dan selalu berdamai dengan transformasi emosi yang terus terjadi bahkan hormon, gaya hidup dan jati diri sebagai wanita, ketika seorang anak terus bertumbuh dan selalu ada tuntutan berbeda yang meminta tubuh dan jiwa kita untuk senantiasa berlaku luwes agar lebih memahami sang buah hati tercinta. Hingga, saat sayap mereka telah lengkap sempurna dan terbang jauh dari kehidupan kita, tetap ada temali kasih untuk menarik mereka selalu kembali dalam sangkar pelukan kita sebagai Ibu, yang kehangatan dan cahayanya tak akan pernah bisa di temui dimanapun. Itulah yang dilakukan Ibu saya….Ibundah H. Marwiyah. Sejauh apapun saya melangkah, jiwanya terus terbawa di pikiran dan benak saya untuk selalu kembali ke pelukannya. Semoga, temali kasih itu juga telah terajut di sayap cita kedua buah hati saya…..
Selamat Hari Ibu !
"I Saved My Son's Life by Being A Paranoid Mother - Rachel Johnson"
No comments:
Post a Comment