PENIKMAT EMANSIPASI
Oleh : Ria Jumriati
Oleh : Ria Jumriati
(Dimuat di Majalah D'sari Edisi April 2011)
Renata tersenyum memandangi cincin yang melingkari jari manisnya. Masa 3 tahun berpacaran dengan Nugros, akan segera diakhiri dengan pesta pernikahan yang telah di rancang sesuai impiannya. Satu tahapan methamorphosis sebentar lagi akan dilaluinya. Status baru dan istimewa bagi perjalanan hidup setiap perempuan, akan segera disandangnya. Ny Nugros , Akh, elegan sekali nama itu! Hati Renata semakin berbunga setiap harinya. Hingga suara suara sumbang. tak mungkin mampu mengoyak keputusannya. Ia cinta mati dengan pria jangkung itu. Selalu ada segudang maaf untuk segala bukti kelakuan Nugros yang menurut beberapa sahabat dekatnya, tidak setulus cinta Renata. Tapi ia memiliki keyakinan setinggi puncak Himalaya, kelak Nugros pasti berubah.
"Menikah itu, bukan urusan sebulan dua bulan loh, Ren” Ujar Bella sahabat karibnya disuatu kesempatan.
“Pasti dong, Makanya aku hanya mau menikah sekali seumur hidupku dengan Nugros” Timpal mantap.
“Bukan keyakinanmu yang aku takutkan, tapi ke naifan mu menilai Nugros. Ia tahu betul memanfaatkan kelemahanmu. Cinta memang buta Ren, tapi tolong, biarkan logikamu tetap terbuka dan melihat laki laki seperti apa Nugros itu"
“Aku sudah hapal semua sifat baik dan buruknya. Tenanglah Bel, tidak akan terjadi hal buruk pada hubungan kami”
“Pikirkan sekali lagi Ren, Nugros itu telah memiliki semua kartu trufmu dan sangat menikmati kelemahanmu"
"Aku sangat mengenalnya Bel, dia memang seperti memanfaatkanku. Tapi aku suka semua itu! Malah aku merasa terdidik lebih mandiri” Sanggahnya bersemangat “Justru laki laki seperti Nugros lah yang aku dambakan selama ini, demokratis dan anti cemburu. Nugros memang terlalu kekanak kanakan. Pasti kebersamaan kami sebagai suami istri nanti, akan membuatnya lebih dewasa”
"Aku hanya ingin yang terbaik untukmu, Ren. Tak ada maksud apapun, kecuali kebahagiaan untukmu. Jika Nugros tidak bisa berubah selama ini, apa yang akan kau harapkan nanti? Mengharap laki laki berubah setelah menikah, rasanya terlalu mustahil. Kebanyakan, malah sifat aslinya keluar semua saat sudah berumah tangga"
"Tenanglah Bel, aku yakin bisa merubahnya!"
"Kenapa tidak kau lakukan sekarang, mumpung masih pacaran. Kalau tidak ada itikad baiknya untuk berubah. Tanya kan hati kecilmu Ren, cukup sanggupkah harga dirimu terus di permainkan dan dimanfaatkan olehnya?"
"Tapi Nugros tidak pernah selingkuh Bel, dia bahkan terlalu setia. Kalau cuma masalah pantas atau tidak pantas aku melakukan semua hal yang di inginkan Nugros. Bukankah itu konsekwensi logis dari emansipasi yang kita tuntut?"
"Ada batasan emansipasi Ren, yang terjadi di hubunganmu dengan Nugros bukan lagi emansipasi. Tapi perbudakan!" Seloroh Bella pedas setengah putus asa menyadarkan karib sekaligus saudara sepupunya.
Renata hanya terdiam. Itu pembicaraan satu bulan lalu saat ia mengabarkan berita pertunangannya pada Bella. Meski Nugros belum terlalu siap, tapi akhirnya lumer juga ketika Renata memaksa. Sejak awal, Renatalah yang paling agresif. Ia bahkan yang mulai menyatakan cintanya pada Nugros, memberi perhatian dan memburu Nugros bak Irfan Bachdim. Renata begitu memuja Nugros yang sering memanfaatkan cinta mati Renata di luar batas, dan tak pernah di sadarinya. Emansipasi memang terimplementasi sempurna dihubungan mereka, namun selalu menempatkan Renata pada posisi yang tak seharusnya. Misalnya, Renata lah yang harus menjemput Nugros saat pulang kantor, setiap sore ia harus menyewa joki dan berjuang menerobos macet jalur 3 in 1. Konon, rumah yang mereka beli bersama, ternyata lebih banyak uang Renata yang keluar, sementara Nugros hanya mau merenovasi pagar rumah. Untuk urusan sepele pun, jika jam tangannya rusak atau handphone terblokir Renatalah yang diserahkan Nugros untuk mengurusnya. Bill di restaurant, bayar bensin bahkan parkir yang hanya lima ribu rupiah, semua terogoh dari kocek Renata!. Dan gadis itu tetap bahagia melakukannya. Nugros terlanjur dipilih hatinya atau telah meracuni hatinya? Hanya Renata lah yang bisa merasakan perbedaan itu. Tapi satu kelebihan Nugros di mata Renata, yang luar biasa menurutnya. Laki laki itu setia, anti mendua dan memberinya kebebasan bergaul dan berkarir setinggi yang ia mampu.
Dan pernikahan pun terjadi. Seperti biasa, desas desus masih terjadi. Biaya pernikahan model apapun tak ada yang murah di zaman ini, dan semua biaya ternyata 80% nya terogoh dari tabungan Renata dan keluarganya, termasuk sumbangan dari keluarga Bella. Bahkan demi meredam gunjingan keluarga. Renata rela berbohong kalau uang tabungannya adalah pemberian Nugros. Tapi Renata terlihat sangat berbahagia di pesta pernikahannya. Ia sangat yakin dengan keputusannya dan berangkat atas nama cinta yang tulus. Namun, pernikahan adalah penyatuan dua ketulusan cinta dari dua prinsip anak manusia yang telah terbentuk begitu sempurna. Akan begitu banyak pertentangan dan pengorbanan jika satu pihak tak ingin prinsipnya yang telah begitu sempurna digoyah oleh pasangannya. Meski keyakinan sering berpihak pada kebaikan. Sangat perlu membuat analisa batin, bagi prilaku mendalam tentang siapa dan akan seperti apa pendamping kita kini dan nanti. Untuk itu, sangat perlu menempatkan logika yang selalu bekerja sesuai realita.
Hampir satu tahun Renata menyandang statusnya sebagai Nyonya Nugros. Ia masih bekerja dan bebas bergaul dengan sahabatnya dari kalangan manapun. Nugros pun tetap menjalani perannya sebagai suami yang baik, dan sejauh ini telah memenuhi harapan Renata. Tak ada satu pun kegiatan Renata yang di larangnya. Bahkan Nyonya Nugros itu, terlihat lebih bebas setelah menikah. Konsekwensi logis pun terjadi, karir Renata mengalami lompatan drastis. Tahun ini, ia mendapat promosi sebagai Marketing Manager di perusahaannya bekerja.
"Selamat Ren, aku bangga sekali dengan pencapaianmu " Ucap Saskia sambil memeluknya. Disusul Bella yang memberi ucapan serupa.
"Pasti Nugros bangga sekali punya istri dengan karir cemerlang" Tambah Bella. Renata hanya tersenyum simpul.
"Oya, katamu Nugros juga mau ambil S2? Jadi?" Tanya Saskia kemudian. Renata hanya menggeleng pelan sambil meneguk cappucinonya.
"Ow, kenapa?" Tanya Bella penasaran. Ia yang sedari kecil akrab dengan Renata, langsung mencium gelagat kurang baik.
"Menurutnya tidak lagi terlalu penting, toh penghasilanku dengan jabatan baru ini sudah sangat lumayan untuk menopang hidup keluarga kami"
"Hah? tidak penting? Dia bilang begitu?" Bellah hanya menggeleng dengan senyum, sementara Saskia hanya menatap wajah Renata dengan kernyitan bingung.
"Biarlah, yang penting dia setia dan tidak pecemburu, mendukung karirku dan memberiku kebebasan hingga aku bisa meraih apa yang aku inginkan” Tutup Renata membela suaminya. Kedua sahabatnya pun tak lagi berani berkomentar. Meski banyak hal yang ingin dimuntahkan Bella. Tapi ia sadar dan harus menghargai keputusan Renata. Jika Ia bisa sangat berbahagia dengan hal itu, apalagi yang harus dipermasalahkan.
Dan Renata pun semakin sibuk menjalani karir barunya, kehidupan rumah tangganya berjalan seperti biasa. Tak ada lonjakan atau isu miring yang menerpa apalagi kehadiran orang ketiga. Renata bebas keluar kota mempromosikan produk produk di bawah tanggung jawabnya. Membuat proposal bisnis untuk menjalin kerjasama dengan berbagai pihak. Dalam waktu singkat, Renata sangat berhasil sebagai Marketing Manager yang memiliki performance mendekati sempurna. Penghasilannya pun bertambah, fasilitas meningkat dan ia mulai dilirik banyak kompetitor dan jasa head hunter. Profilenya sering tampil di majalah dan Koran sebagai wanita muda yang sukses. Sementara Nugros, tetap santai dan adem ayem, namun tetap mendukung karir istrinya. Tak ada gunjingan secuil pun terlebih ketika Renata melakukan perjalanan keluar kota, bahkan luar negeri hingga berminggu minggu. Sampai suatu ketika Nugros tak lagi melakukan aktivitas kerjanya seperti biasa. Ia hanya keluar rumah untuk bersantai di café, main bowling, nge-gym dan futsal. Setiba di rumah, dilanjutkan dengan bermalasan sambil bermain game online atau nonton dvd. Tak jarang, kelelahan Renata di sambut dengan dentuman suara game yang sangat menguji kesabaran Renata sebagai istri yang terlalu memuja suami.
"Kenapa tidak masuk kantor lagi ?" Tanya Renata suatu pagi, saat Nugros tak juga beranjak dari tempat tidur dan terus saja asyik dengan iPadnya.
"Aku nggak kerja lagi" Ujarnya santai. Renata tersentak tak percaya, Dihampirinya suaminya sambil merampas benda ditangannya.
"Kenapa Mas? Apa pantas aku kerja keras sementara kamu bermalas malasan dirumah? Apa nggak malu sama tetangga terlebih keluarga kita ?"
"Aku sudah dipecat ! Mau di apakan lagi ?! Jawab Nugros seenaknya.
"Hah ? Kok bisa ? Apa masalahnya ? Tanya Renata kaget
“Ah ! sudahlah gak usah banyak tanya !”
“Cari kerjaan lagi dong, Mas !”
"Malas lah! Semua udah terpenuhi, ngapain lagi aku kerja" Bentaknya keras lalu beranjak meninggalkan Renata yang langsung merasakan sakit luar biasa. Rasa sakit yang tak pernah ia rasakan sejak kebersamaannya bersama Nugros. Renata pun menangis. Ada sesal yang terlalu lambat dikenali benaknya.
Dan waktu pun tetap berjalan seperti biasa, 24 jam waktu yang tersedia bagi Renata dan Nugros, tapi mereka menjalaninya dengan aktivitas bak bumi dan langit. Renata berusaha menenggelamkan kesedihan dan kekecewaannya dengan berbagai kesibukan di kantor. Sementara Nugros, semakin asyik menikmati kemenangan emansipasi yang tanpa sadar dituntut Renata terlalu tinggi. Kadang ego dan harga dirinya juga terusik oleh semakin tajam dan runcingnya karir Renata, tapi ia berusaha menumpulkan semua itu. Toh, Nugros tidak sendiri. Trend dan zaman semakin mendukung keputusannya untuk tidak buru buru mencari pekerjaan baru dan menjadi benalu bagi semua penghasilan dan fasilitas yang dimiliki istrinya. Perlahan, Nugros pun menemui komunitasnya di kubangan species sejenis di salah satu café langganan yang sama. Species Yos – Wajahnya terlalu standar untuk dipuja kaum hawa dan pengangguran berat. Tapi nyatanya ia malah mendapat modal seratus persen dari istrinya untuk menjalankan usaha warnet. Dan tak pernah serius dikelolanya. Lalu Andhika, berwajah ganteng bak peragawan catwalk kelas dunia. Hidup mewah bergelimang harta warisan mertua dan istrinya. Sering selingkuh dan pemabuk berat, tapi selalu mendapat pengampunan bersyarat dari istrinya, meski kadang syarat itu hanya sebuah isyarat yang tak berat berat amat untuk dilanggar. Dan Nugros tentunya. Komunitas penikmat emansipasi ini, selalu menggemakan tawa bebas penuh arti. Mungkin tawa itu bermakna terima kasih pada perjuangan Ibu Kartini !
Tak seperti biasa, Renata tampak tak bersemangat saat berkumpul bersama sahabatnya. Dan selalu Bella yang pertama kali merasakan hal itu.
”Kenapa Ren, kamu sakit? Atau lagi sedih? Cerita dong” Bujuknya pelan. Renata hanya menggeleng pelan sambil mengaduk aduk minumannya.
”Ayolah Ren, jangan sedih sendirian. Mungkin ada yang bisa kita bantu” Timpal Saskia sambil menyentuh lengannya.
”Suamiku di pecat dari kantornya ” Ujarnya terisak. Bella dan Saskia saling memandang dengan tatapan bingung.
”Emm..dia kan cukup berpengalaman. Pasti gampang dapat kerjaan baru” Ujar Saskia menghibur.
”Masalahnya....dia tidak mau kerja lagi”
”Apa ??! Alasannya apa Ren, kok sampai tidak mau kerja lagi ?” Bella mulai terusik.
”Katanya, penghasilanku sudah cukup untuk menopang kehidupan keluarga kami, jadi dia mau menikmati hidup saja sekarang ini”
”What ?? Menikmati hidup ?! Mata Bella melotot tak percaya.
”Walah, enak banget tuh cowok! Kok ya bisa bisa nya berkata begitu !” Seloroh Saskia spontan tapi langsung minta maaf pada Renata.
”Nggak apa apa Sas. Nugros memang makin keterlaluan” Timpalnya pelan. Sementara Bella hanya menarik nafas panjang
”Lalu apa yang akan kamu lakukan Ren ?”
”Mau di apakan lagi? Terima nasib saja lah”
“Aku yakin kamu bisa merubahnya “ Bella meyakinkan.
“Sepertinya susah. Benar katamu dulu, laki laki ketika sudah menikah semakin terlihat semua watak aslinya. Dan dulu aku terlalu naif untuk bisa merubahnya. Maaf kan aku ya Bel. Seandainya waktu bisa undo..”
Saskia dan Bella hanya saling menatap dengan wajah iba. Apa yang menimpa Renata, tentu menjadi pelajaran tersendiri bagi mereka untuk lebih berhati hati, agar tak terjebak pada species penikmat emansipasi belaka. Mereka tahu pasti, Renata tak mungkin mengambil langkah untuk bercerai, ia terlalu mencintai Nugros. Apapun perlakuan dan keputusan Nugros selalu dianggapnya sebagai pengorbanan cinta. Lagi pula tak ada alasan kuat untuk menempatkan Nugros sebagai terdakwa, hanya karena ia di PHK dan malas bekerja. Sedang untuk nafkah, sayangnya Renata terlanjur berikrar di awal. Ia hanya butuh cinta dan bukan harta. Dan inilah yang menjadi awal Nugros memanfaatkan segalanya.
Setiap takdir memiliki “blue print” dasar. Untuk nasib tertentu, terkadang mendapat dispensasi perubahan dari Sang Pencipta. Tapi anak manusia, terlalu asyik berkreasi hingga lupa pada pola dasar yang seharusnya. Perempuan tercipta dari tulang rusuk pria, berdekatan dengan tangannya agar bekerja sama, bersisian hati agar saling mencintai. Bersebalahan dengan tubuhnya untuk saling menopang kala suka dan duka. Emansipasi memang harus terjadi. Sebuah godaan terbalut tantangan agar tetap berpedoman pada blue print dasar yang telah ditetapkan sang pencipta. Intinya hanya keseimbangan. Kebahagiaan hidup hakiki adalah ketika keseimbangan dan keselarasan berdetak senada seirama.
TAMAT
source : www.m.dsarimagz.com/D'SARI%2027/27-11-cerpen.htm -
No comments:
Post a Comment