Sarti gadis lugu, muda dan baru saja kena tipu. Ditawarkan oleh Ibu
mertuaku untuk di pekerjakan sebagai pembantu rumah tangga kami. Sebelumnya,
Sarti bekerja sebagai buruh pabrik ’Home Industri’ yang di kelola Ibu mertua.
Sebulan lalu, ia di usir keluarganya dan di asingkan oleh penduduk kampung,
karena ketahuan hamil. Pelaku yang notabene pacar Sarti, ternyata kabur entah
kemana begitu mengetahui keadaan Sarti.
Di dorong rasa Iba, Ibu
mertua menawarkan gadis malang itu untuk bekerja di rumah kami, sambil
mengumpulkan biaya melahirkan anaknya. Dan, sudah 3 bulan ini Sarti menjadi
bagian dari kehidupan keluarga kami. Ia bekerja sangat giat, bangun pagi dan
tertidur baru larut malam. Hampir tak ada cela, rumah tertata sangat rapi dan
bersih. Anak anak sejahtera, karena masakan Sarti lumayan enak. Saat kandungan
Sarti mulai membesar, saya tak tega membiarkan Ibu muda itu terseok seok
sendiri dengan pekerjaan rumah tangga yang sepertinya tak kunjung selesai dari
pagi hingga malam. Jadi saya putuskan, urusan mencuci baju untuk sementara
memakai jasa laundry kiloan.
Suatu hari Sarti
mendatangi saya, ”Bu, bagaimana caranya bisa nabung dan beli rumah” Ujarnya
terbata. Saya tercengang sejenak. Gadis 17 tahun dengan kandungan yang kian
membesar, sudah memikirkan atap masa depan
untuk buah hatinya.
”Banyak cara Sarti, nanti
saya kasih tahu yaa..” Jawab saya menjanjikan. Ia pun tersenyum percaya.
”Soalnya, saya nggak mau
pulang lagi ke kampung Bu. Tapi saya mau punya rumah sendiri, jadi kalau anak
saya sudah lahir dan besar. Dia sudah punya rumah ”.
”Bagus Sarti, kamu memang
harus punya rencana masa depan untuk dirimu dan anakmu”.
Tak hanya terdorong oleh
rasa Iba tapi juga takjub akan rencana Sarti memiliki rumah. Saya pun langsung
mendatangi customer service BRI Syariah yang memiliki program KPR Sejahtera BRI
syariah iB, yang membiayai rumah murah 25 juta s/d 80 juta. Selanjutnya,
membawa Sarti untuk bertemu langsung dan untuk penjelasan tentang KPR Sejahtera
BRI Syariah dari pihak Bank. Banyak hal
yang tak sejalan dengan nalar Sarti yang hanya tamatan SMP. Tapi ia punya
semangat dan tanggung jawab yang tinggi untuk masa depannya. Hal itu, sangat
membantu Sarti memahami segalanya lewat nalar dasarnya sebagai calon Ibu.
Lewat fasilitas Calculator
KPR BRI Syariah. Pelan dan sabar, saya menjelaskan kepada Sarti, untuk menabung
sedikitnya 10.000 perhari dari gaji Sarti perbulan sebesar Rp. 600.000,-. Jika
Sarti ingin menyicil rumah seharga Rp. 25.000.000,- selama 15 tahun. Maka Sarti
saya anjurkan untuk menabung Rp. 15.000/hari. Karena uang angsuran perbulan
dari rumah yang akan di belinya sebesar Rp. 316.311,-. Meski lama dan mengalami
kebingungan berhari hari untuk memahami hal ini, Sarti tetap semangat
mempelajarinya. Ia pun mulai menabung dan menyisihkan sebagian gajinya untuk di
tabung membeli rumah. Sarti makin giat
bekerja, ia bahkan terlalu kuat dan
dewasa untuk gadis seusianya dengan beban hidup yang mungkin sebagian orang
melihatnya sangat berat. Tapi Sarti menjalaninya dengan ikhlas, jarang sekali
saya temui ia mengeluh. Si cabang bayi
nya pun seolah memaklumi. Sarti tak mengalami ”morning sick”. Tak ada rasa mual
atau pusing, layaknya yang sering di alami Ibu hamil. Hal itu pasti karena
semangat Sarti yang tinggi untuk memiliki Rumah Masa Depan bagi buah hatinya.
Pernah suatu kali, saya memasuki kamar Sarti, perasaan saya langsung tertohok
oleh rasa iba. Di dinding kamarnya yang sempit. Ia menempel gambar rumah mungil
yang di hiasi tulisan tangannya ”Rumah untuk Dedek”. Apa yang tak mungkin, jika
kita memiliki keinginan yang tinggi
untuk mencapai sesuatu ? Dan
Sarti, akan segera membuktikannya.
Hari dan bulan pun
berlalu. Proses administrasi KPR Sejahtera BRI Syariah, sangat mudah. Meski
rumah Sarti belum lagi di bangun, tapi bentuknya sudah pasti. Ia pun semakin
giat menabung. Menyicil angsuran dan mempelajari dengan seksama semua cara yang
saya ajarkan. Tanggal 5 setiap bulannya, Sarti selalu tak pernah telat untuk
menyetor angsuran KPR nya ke Bank BRI terdekat. Senangnya melihat semangat Sarti !.
Bulan September lalu, Sarti melahirkan bayi perempuan yang cantik. Ia
memberinya nama Septiani Salamah. Sesuai haknya, saya memberi cuti 3 bulan pada
Sarti untuk total menyusui dan merawat bayinya. Ia masih melakukan pekerjaan
rumah meski hanya yang ringan-ringan saja. Sampai saat ini, Sarti masih menjadi
bagian dari kehidupan keluarga kami. Dan ia tetap memufuk impiannya menjadi
kenyataan untuk memiliki rumah idamannya. Insya Allah, Januari tahun depan
rumah idaman Sarti akan segera di bangun. Tak ada yang tak mungkin. Memiliki
rumah idaman bisa di wujudkan oleh siapapun yang punya tekad untuk
mendapatkannya. Dan Sarti telah membuktikan semangat dan tekadnya tersebut.
TAMAT
Dimuat di Bulletin online BRI Syariah
No comments:
Post a Comment