BAB V
MISTERI POROS WAKTU
(Ria Jumriati)
(Ria Jumriati)
Image : From Google
Suara jeritan kencang
dan memilukan terdengar dari lantai atas rumah mewah itu. Tepatnya adalah
kerajaan kecil, karena penghuninya adalah salah satu penguasa di sebagian kecil
wilayah Malaysia. Seorang pembantu menemui tubuh lelaki itu terkapar parah,
dengan beberapa luka tusukan didada dan perutnya. Tak pernah ada bisa
mengungkap misteri kematiannya. Namun terdengar selentingan kabar. Seminggu
belakangan ini salah satu anak keturunan raja itu mengalami stress berat yang
entah apa penyebabnya. Ia mengaku sering didatangi mimpi buruk seseorang dari
masa lalunya dan hendak membunuhnya, dan konon selalu terselamatkan karena ia
terjaga. Akhirnya Yang Dipertoan Agung Nizham Abdullah, yang memang terkenal
gemar mengkoleksi perempuan dari kalangan manapun, untuk kepentingan sex sesatnya,
tak pernah berani lagi terpejam. Ia pun semakin tersiksa, setiap kali ia
memejamkan matanya, sosok itu datang dengan sebilah keris dan siap menusuk
perutnya. Para dokter dan tabib kenamaan negeri Jiran itu telah didatangi untuk
menyembuhkan, tapi tak ada yang berhasil. Hingga suatu malam, ia terserang
kantuk dan lelah yang luar biasa dan ditemui keesokan paginya dalam keadaan tak
bernyawa dengan beberapa bekas luka tusukan dari senjata sejenis keris yang
memiliki racun mematikan. Beberapa media
cetak pun ramai memberitakannya. Hingga sampai pula ke telinga Dahayu yang baru
saja mengalami siuman setelah beberapa jam pingsan tanpa sebab. Dahayu dan
beberapa temannya masih tinggal di pemondokan para tenaga kerja wanita yang
siap di kirim ke beberapa majikan yang telah memesan. Dahayu tertegun melihat
seraut wajah di koran yang tengah dibacanya ”Misteri Kematian Yang Dipertoan
Agung Nizham Abdullah”. Tangannya bergetar, ia masih merasakan pegal dan ngilu
diseluruh tubuh dan persendian tangannya. Ada percikan darah yang mengering di
telapaknya. Dahayu semakin ketakutan. Ia berlari ke kamar kecil dan membasuh
luka itu. Dicermin terpantul wajah Nuri dengan seringai puas. Dahayu kembali
berlari keluar, ia pun menjerit kencang.
”Tolooooooooong, aku mau pulang
!!!!”
Semua yang ada di
penginapan itu pun ketakutan. Karena Dahayu tak sekedar berteriak, tapi berlari
kesana kemari seperti orang kesurupan. Matanya mendelik keatas. Kadang menjerit
kadang tertawa dan terus berlari tak tentu arah. Dari mulutnya terus keluar
ocehan tak jelas, bahkan dengan bahasa yang sulit dimengerti. Hal itu terus
berlanjut selama 3 hari berturut turut, Dahayu bahkan tak merasakan lapar dan
haus sedikitpun. Kepala rombongan TKW pun menjadi bingung dan mau tak mau
segera mengurus kepulangan Dahayu ke Indonesia secepatnya.
@@@
Dahayu terbaring lemah
di pembaringannya. Ia baru saja terbangun dari tidur terpanjang seumur
hidupnya. Tubuhnya terasa ringan, ada beban berat yang seolah baru saja
terlepas. Disisi pembaringan Mbah Kijah tersenyum senang. Sementara Eyang Karso
duduk bersemedi di temani asap dupa yang melengkapi kekhusyukannya dalam
berdoa. Ia baru saja melakukan ruwatan pada Dahayu dengan serangkaian ritual
’pembersihan diri’ dari gangguan roh halus. Dan bisa dipastikan, Nuri tak akan
datang lagi.
”Bagaimana Eyang ? Apa Dahayu sudah
terbebas dari semua hal yang mengganggunya ?” Tanya Mbah Kijah penuh harap.
Eyang Karso membuka matanya pelan, ada desahnya yang masih terdengar resah.
”Mata rantai karma masih belum bisa
terputus seluruhnya dari kehidupan Dahayu” Tuturnya pelan.
”Maksudmu, cucuku masih akan
didatangi roh Ibunya ?”
”Nuri tak akan datang lagi,
dendamnya telah terlampiaskan. Lelaki itu telah mati dengan cara yang memang di
inginkannya”
”Lalu ?”
”Dahayu telah menyelesaikan ”Karma
Getih”nya sebagai anak Nuri. Namun ia tetap memiliki satu mata rantai ”Karma
Putih” yang akan di jalaninya. Masih ada seseorang yang menunggunya pada
kemisteriusan poros waktu.
Tapi..........”
”Tapi apa Eyang ?! Tanya Mbah Kijah
ketakutan
”Ini bukanlah hal yang menakutkan,
bahkan bisa jadi permulaan yang memberi kebahagiaan hakiki pada cucumu”
Mbah Kijah tak mau
lagi bertanya lebih jauh. Ia sudah cukup tenang mendengar kalimat membahagiakan
itu. Karena memang itulah harapan terdalamnya untuk Dahayu. Meski rangkaian
masa depan Dahayu masih begitu abstrak
dan misterius, terbalut banyak karma. Namun nalurinya terus berkata. Suatu saat
nanti, entah kapan, Dahayu akan bersanding dengan seseorang yang memiliki
derajat dan hati yang sama mulianya. Entah dimana, di sinikah ? atau kembali
pada kemisteriusan poros waktu yang memang masih terantai kuat di jalinan
karmanya.
TAMAT
Daftar pustaka :
- Mistik Kejawen karangan Suwardi Endraswara
- www.kasundaan.org
- ”Menyelami Anak Anak Punya Indra Keenam” FEMINA
edisi Juli No. 26 XXXVIII – Thn 2010
No comments:
Post a Comment