Movie Review
Title : Lion
Release date : 25 Nov 2016 (USA)
Reviewed by : Ria Jumriati
“Saroo” adalah nama
seorang bocah berumur 5 tahun yang dalam bahasa inggris berarti “LION” (singa).
Saroo hidup diperkampungan kecil dan sangat miskin ‘Ganesh Talai” yang bahkan
di peta konvensional tidak tertera nama itu. Setiap hari Saroo dan Guddu – Kakak
sulungnya, berpacu di atas kereta batu bara, untuk mengambil serpihannya dan menukarnya dengan
susu dan makanan. Kadang diberikan kepada Ibunya yang sangat menyayangi Saroo
dan kedua anaknya.
Suatu hari, karena
kantuk dan kelelahan. Saroo tidak bisa mengikuti jejak Guddu untuk mencari batu
bara seperti biasa, ia pun di tinggal di bangku tunggu sebuah stasiun kereta.
Ketika tersadar, Saroo mendapati dirinya seorang diri, kebingungan dan terus
berlari mencari kakaknya. Saroo yang aktif, terus mencari hingga akhirnya ia
menaiki kereta menuju kota Calcutta – Kereta yang pada akhirnya membawa
kehidupan seorang Saroo berlabuh terlalu jauh. Selama dua bulan, hidup Saroo
berada dalam berbagai macam intaian bahaya. Penculikan anak, phedophilia dan
mengemis apa saja demi mengisi perut kecilnya yang selalu kelaparan. Hingga
suatu hari, seorang laki laki menemukan Saroo dan membawanya ke sebuah
penampungan anak di kota India.
Selama di
penampungan, Saroo dan beberapa anak terlantar di ajarkan tata krama dan bahasa
Inggris. Hingga akhirnya nasib mempertemukan Saroo dengan pasangan kaya dari
Australia, yang begitu jatuh hati dengan penampilan dan sikap Saroo – Sue dan John Brierley, yang
di perankan sangat apik oleh Nicole Kidman dan David Wenman. Sementara Saroo dewasa
di mainkan dengan ekspresi agak datar oleh Dev Patel. Film yang di adaptasi
dari kisah nyata ini, kurang mampu memainkan emosi penonton. Pun di ending
cerita ketika akhirnya Saroo berhasil menemukan desa tempat tinggalnya,
tepatnya Februari 2012 dengan bantuan google earth. Sisi emosi Saroo yang sudah
berpisah selama 25 tahun dengan keluarga terutama Ibu kandungnya, terasa kurang
menyengat.
Priyanka Bose – yang berperan sebagai Ibu biologis Saroo, juga turut memberi kontribusi ‘datar’ nya emosi seorang Ibu yang baru saja kedatangan anak kesayangannya yang telah hilang selama puluhan tahun.
Namun film ini tetap menarik untuk di
tonton. Tetap memilliki nilai – nilai kehidupan yang tinggi. Terutama keputusan
sepasang suami istri kaya raya (Sue dan John Brierley) yang meski keduanya tak
memiliki masalah vertilitas dan bisa melahirkan anak kandung, namun memutuskan
untuk mengadopsi anak dari kalangan tak mampu dengan alasan indah dan tulus
bahwa di dunia terlalu banyak anak – anak yang menderita dan membutuhkan kasih
sayang. Bahkan setahun setelah mengadopsi Saroo, keduanya juga mengadopsi
Mantosh, anak lelaki yang juga berasal dari India namun dengan kelaianan mental
temprament.
Kekuatan hati seorang Ibu, yang meyakini
bahwa anaknya yang di amini hampir seluruh dunia telah meninggal, namun
akhirnya kembali ke pangkuannya selama 25 tahun penantian. Juga menjadi pernik
indah, tentang terawang dan naluri seorang Ibu yang hampir selalu benar.
- Ria Jumriati -
No comments:
Post a Comment