Tuesday, July 17, 2012

SINOPSIS & REVIEW – BOOK #2 FIFTY SHADES OF DRAKER




SINOPSIS :


Pada trologi pertama dari Novel Fifty Shades di ceritakan, Anastasia Steel menemukan dirinya terperangkap antara nafsu, cinta dan erotisme luar biasa yang membuat semua hormone wanitanya memberontak dan menuntut tantangan yang lebih tinggi, mengikuti arus cara bercinta menyimpang dari billioner kaya raya – Christian Grey. Namun, sisi gelap Grey terlalu pekat untuk dirinya. Tubuhnya tak sanggup menerima permainan seks dan hukuman yang terasa semakin tidak compatible dengan tubuhnya. Ia pun meninggalkan Christian yang ternyata menjadi sangat hancur karenanya. Kepergian Ana, telah membuka mata dan hati Christian untuk melihat sisi dunia yang berbeda dari yang di miliki sebelumnya.

Christian pun menawarkan satu bentuk hubungan berbeda, melunak dan tidak lagi dominant di satu arah. Ia mencoba untuk lebih memahami segala hal dalam  menjalani hubungannya bersama Ana – Gadis lugu dengan mulut cerdas, yang dari hari ke hari, semakin mengusik sisi emosionalnya. Hal yang tak pernah ia rasakan sebelumnya bersama 15 wanita yang pernah ada di ”Red Room of Pain” miliknya dengan segala bentuk alat dan permainan seks dengan bentuk dan akibat tak bisa di terima oleh gadis selugu Ana. Namun, akhirnya Ana pun menerima, karena ia memang memiliki cinta yang tulus pada Christian, meski ia sadar, tidaklah mudah mencintai Sang Fifty Shades, dengan kharisma, ketampanan, kedermawanan serta permainan seks tak biasa yang pernah dirasakan sendiri olehnya. Ditambah Christian juga memiliki kehidupan masa kecil dan remaja yang kelam-Ibu kandung yang tak mencintainya, dan Mrs. Robinson yang menjadikannya budak seks sejak ia berusia 15 tahun. Terlalu banyak ironisme pada Christian yang tak sekedar butuh pemahaman di luar logika. Tapi penuh maaf, kesabaran dan keahlian emosi dan keterbiasaan tubuh dan libido dalam menjalani semua permaian seks.

Ketika Ana menyanggupi untuk memberi kesempatan kedua pada Christian. Ia meminta agar tak ada lagi cambuk, pukulan dan permainan seks keras yang dulu sering di terimanya. Meski Christian menyanggupi, toh untuk pria sepertinya, tetap saja bukan jenis permainan seks normal dan umum. Dan Ana, kembali lagi lagi terperangkap dan mencoba ’menjajal’ tubuh dan emosinya untuk bisa selaras dengan kebiasaan pria yang di cintainya. Kini Christian meminta Ana, berkata ’Stop’ jika hal yang di lakukannya tak lagi bisa di terima tubuhnya. Dan Ana, mau melakukan itu – Atas dasar cinta ? Mungkin itulah pengorbanan lain yang di berikan Ana untuk pria yang di cintainya. Ia tak ingin merubah Christian seutuhnya, hanya karena pria ini takut kehilangan dirinya. Perlakuan yang ternyata semakin mengikat sisi emosi Christian pada Ana. Bahkan Ana, menantang Christian untuk membawanya kembali memasuki ”Red Room Of Pain” !

Tantangan lain nya – Ana pun harus berhadapan dengan beberapa perempuan ”Ex-Submissive” Christian yang masih ingin memasuki kehidupan Christian – Elena atau Mrs. Robinson, terus menerus mendera Ana dengan email, surat dan ancaman bahwa ia tak akan sanggup menghadapi sisi gelap Christian yang sadist. Tapi Ana tak peduli, dari hari ke hari ia bisa mengeluarkan  sisi terang Christian yang ternyata hanya butuh di cintai dengan tulus. Dan itu tak pernah di rasa Christian seumur hidupnya. Sebelum bertemu Ana, Christian tak pernah mempercayai kemurnian cinta itu ternyata ada, ia menolak di sentuh siapapun. Tak heran, tiap kali ia melakukan hubungan seks, Christian selalu mengikat kaki dan tangan pasangannya agar tak bisa menyentuh dirinya. Tapi Ana, bisa membuktikan sebaliknya. Perlahan, Christian merasakan sentuhan Ana yang berbeda, tulus, lembut dan menenangkan. Hingga pada satu titik – Christian tak ingin lagi kehilangan gadis itu.

Tak selesai pada deraan Mrs. Robinson – Ana pun harus berhadapan dengan Leila, ex-Sub Christian lainnya – ”What you have that I don’t ” Begitu ujar Leila saat ia menghadang Ana di depan kantornya. Memasuki apartemennya yang di huninya bersama Christian dengan pistol di tangan, lalu menguntitnya saat ia kembali ke apartemen lamanya saat Ana ingin  memberikan kunci apartement kepada Ethan – Kakak Kate sahabat sekamarnya. Leila, yang tidak stabil bisa saja menghancurkan kepala Ana dengan satu tembakan. Tapi itu tak di lakukan, hingga Christian dan Taylor – Bodyguardnya datang untuk menyelamatkannya.  Christian pun membentak Ana untuk segera keluar sementara ia mengurus Leila dengan ’caranya’ – Tak ada kekerasan sama sekali, bahkan Christian tak mau melibatkan polisi. Ia segera memanggil Dr. Flynn – Psikiater langganannya untuk menangani Leila.

Ana yang frustasi menghadapi kenyataan ini, akhirnya memilih untuk pergi minum dengan Ethan, dengan meninggalkan blackberry dan dompetnya di mobil. Menyaksikan kelembutan Christian memperlakukan Leila, ditambah perlakuan tak senonoh Jack – Bos di tempat kerjanya – Membuat Ana begitu tertekan dan butuh pelepasan sejenak. Saat pulang kembali ke Apartemen Christian – Ia menemukan pria itu begitu terpukul, Christian sangat takut Ana kembali meninggalkannya. Akhirnya, Christian pun meminta Ana untuk menikahinya. Di tengah keraguannya, Ana meminta pendapat Dr Flynn – Psikiater pribadi Christian. Tak ada yang perlu di takutkan. Ana bahkan telah membuat progress yang luar biasa pada pasiennya selama 2 tahun ini. Apa pun yang ada di dalam ”Red Room Of Pain” milik Christian, bukan merupakan tindakan abnormal selama ia dan christian merasakan kesenangan dan kepuasan dalam melakukannya "There's a fine line between pain and pleasure" – some people called It’s a lifestyle !.

Setelah helicopter Christian yang di sabosate terjatuh. Hingga hampir tak ada kabar tentang keselamatan Christian. Ana pun berjanji, untuk menerima lamaran Christian seandainya ia selamat. Cerita pun bergulir penuh haru biru. Christian akhirnya selamat. Bertepatan di hari ulang tahunnya, Ana pun menerima lamarannya dan mengajak Christian untuk kembali memasuki ”Playroom” lalu meminta Christian untuk mencoba dirinya dengan salah satu sex stuff yang ada di ruangan tersebut. Ana sadar, Christian akan menjadi suaminya maka ia pun harus terbiasa dengan ”life style” pria yang dicintainya tanpa batas. Playroom dengan segala "Sex Stuff" yang menakutkan, pada akhirnya akan menjadi bagian tak terpisahkan darinya, sebagai konsekwensi logis menikahi pria dengan 'kesenangan menyimpang'.  Seperti yang di ucapkan Christian, saat ia memeregoki Ana tengah melakukan pengamatan detail pada semua alat alat aneh di "Playroom'.


"I hope that one day you’ll live with me here, and all this and will be yours, too.”

Akhir dari buku ke-2 ini,  Ana berhasil deal dengan sisi gelap Christian. Ia mampu memberi sinar pada kegelapan milik kekasihnya. "He’s not dark. He’s a good man, and he’s not in the dark. He’s joined me in the light". Ia bahkan mampu melatih tubuh dan emosinya untuk lebur bersama kegelapan kekasihnya, dan perlahan memberi makna dan warna lain pada bagaimana Christian memperlakukan orang yang di cintainya. Mengajari pria yang di pujanya setengah mati, tentang bagaimana arti cinta dan mencintai. 

Ana pun berhasil membuat Christian berlutut dan menyelipkan cincin pertunangan di ruangan penuh dengan bunga. "You have my heart...and these are the flowers"

“You’re my lifeline. I’m doing this because I’ve finally met someone I want to spend the
rest of my life with.”

“You’ll marry me?” he whispers, incredulous.
I nod nervously, flushing and anxious and not quite believing his reaction—this man whom I thought I’d lost. How could he not understand how much I love him?
“Say it,” he orders softly, his gaze intense and hot.
“Yes, I’ll marry you......"





REVIEW :

Tak beda dengan buku pertama dari Trilogy ”Fifty Shades” – Durasi cerita yang yang pendek, kronologis yang singkat dan racikan sastra yang terlalu standard – Tak ada yang istimewa dari buku ini. Namun mata dan imaginasi pembaca akan terus terperangkap pada setiap bab bahkan paragraph yang terus menerus mengurai adegan seks antara Ana dan Christian. Seks di lift, meja billiard, piano, mobil, tempat parkir, kamar tidur Christian saat remaja dan tentunya ”Red Room of Pain”. Apapun yang berhubungan dengan percintaan apalagi seks yang terurai detail di setiap bab, pasti akan memiliki daya jual yang sangat tinggi. Hal itu lah yang tejadi pada buku ini. Begitu banyak versi ’bercinta” yang di ajarkan Christian sang Sexperties pada Anastasia, gadis lugu yang sampai usianya menginjak 22 tahun ternyata masih perawan. Christian mengajari hal-hal dasar tentang seks hingga tingkat advance yang tak pernah di sangka tubuh dan emosi Ana, ternyata ia bisa lebur dengan semua benda-benda aneh di ”Playroom” milik kekasihnya.

Cinta – Kembali menjadi alasan yang sangat kuat, mengapa Ana mau melakukan semua itu. Mencintai seseorang dengan latar belakang kehidupan masa kecil dan remaja yang kelam, menuntut konskewensi luar biasa tinggi dan tak biasa. Dan Ana bisa melewati banyak ujian saat ia semakin dalam mengenal kehidupan calon suaminya.

Sekali lagi banyaknya uraian adegan seks membara yang terjabar di buku ini, seolah menghipnotis pembaca untuk mengabaikan hal – hal tak masuk akal dari cerita ini. Misalnya : Saat Ana dan Christian di buntuti Leila – ”Ex Sub” Christian yang sedikit sakit jiwa dan lemah secara fisik. Bagaimana Leila bisa masuk dengan mudahnya ke Escala – Apartemen Christian yang super megah, dengan system keamanan canggih, apalagi ditambah ada Taylor dan Ryan bodyguard mereka. Lalu bagaimana pula Leila sampai bisa masuk ke kamar tidur Christian. Tidak masuk akal !. Tak habis sampai di situ. Bagaimana Leila dengan gampangnya menerobos apartemen Kate. Bukankah kunci apartement tersebut hanya di pegang oleh Ana, yang rencananya hari itu akan di serahkan pada Ethan – Kakak Kate. Leila kan bukan Vampire ?. Lalu tentang adegan seks, yang sepertinya bisa di lakukan Ana dan Christian dimanapun dan kapanpun. Setiap mulai mencapai orgasme, selalu saja ada condom tersedia di mana pun. Apakah Christian sang Billioner dengan banyak assisten di kehidupannya – selalu membawa bawa kondom kemana pun ? Atau salah satu job description Mrs. Jones – Pembantu rumah tangga Christian adalah ”Don’t forget to put Condoms everywhere in entire rooms, including in the elevator !”

Tapi saya tetap kagum dengan E.L James. Ia memiliki keberanian menulis cerita dengan menguraikan bagian-bagian intim tubuh Ana dan Christian. Proses orgasme demi orgasme, alat alat seks dan menggambarkan keadaan di ruang ”Playroom” Christian yang mampu menghipnotis imajinasi pembaca begitu kuat. Semua di sebutkan secara detail, berkali kali dan tanpa ragu. Dan terbukti, buku ini telah menjadi perbincangan hangat di hampir semua media online. Di twitter, jika kita search hastag #FiftyShadesOfGrey, timelinenya berjalan dalam hitungan detik !.

Wanita 40 th yang seumur hidupnya belum pernah menulis ini, ternyata mampu memberi roh pada ketiga bukunya. Entah ia melakukan analisa tersendiri tentang kehidupan seks menyimpang. Atau mungkin E.L James secara pribadi memiliki pengalaman advance tentang seks. Toh, pada akhirnya, ia mampu menciptakan novel trilogy dengan kelasnya tersendiri dan menjadi New York Times Bestseller.

Ow once again ! If  you hate steamy romance, don’t ever dare to read it. And this book only for “Mature Audience” – above thirty years of age :-)




-         Ria Jumriati-  Also writer who will never inspire to write a kind book like these
      (low sex experiences, not interesting to search it)