Friday, September 24, 2010

Wajah Tuhan




WAJAH TUHAN
Ria Jumriati

Sejak Dinda mulai mengerti apa arti nasehat. Kebanyakan hal hal baik terlontar dari bibir Ibu. Meski peran Ayah dan guru di sekolah juga tak bisa diabaikan. Banyak hal baik yang dipelajari dari banyak orang di tahun tahun pertama kehidupannya. Tapi terbanyak ditemui pada Ibu.

Dari mulai Dinda memejamkan mata di malam hari, hingga terbangun di saat subuh. Yang pertama kali didengar adalah anjuran Ibu untuk mandi dan menunaikan sholat. Berdoa untuk sarapan lalu berangkat sekolah juga disertai doa. Dan serangkaian pesan untuk mengerjakan segala yang baik di hidup ini. Ibu selalu memastikan bahwa setiap langkah yang dijalani di hidup ini harus disertai dengan doa. Karena doa mendekatkan kita pada Allah SWT.

Dinda kecil pun lambat laun mulai berpikir. Apa yang di inginkan Ibu kelak untuk hidupnya. Siapa yang membayar Ibu untuk semua hal baik yang dilakukannya. Pertanyaan itupun terluncur saat Ibu baru saja selesai menyertai doa malam Dinda.

“Ibu, mengapa kita harus selalu berdoa ?” Tanya Dinda

”Karena dalam doa, kita selalu mengingat Allah”

”Seperti apa rupa Allah, Bu?”


Ibu terdiam sejenak, lalu tersenyum bijak “Tidak bisa digambarkan, tapi segala hal baik di dunia dan akhirat adalah cerminan dari Allah SWT”
Dinda pun terdiam sambil menatap dalam wajah Ibunya.


“Lalu bagaimana dengan Ibu ? Ibu juga mengajarkan semua hal baik di hidup ini. Apakah kira kira wajah Tuhan seperti Ibu? Tanyanya lugu. Lagi lagi Ibu tersenyum.


“Tidak Nak, menjadi seorang Ibu berarti pengemban tugas dari Allah untuk menjadikan seorang anak tumbuh sebagai manusia yang baik.


”Lalu apa yang diberikan Allah kepada Ibu, adakah upah yang diberikanNYA ? Seperti Ayah menerima gaji dari hasil kerjanya setiap bulan ? Seperti aku yang mendapat nilai baik ketika sudah belajar dengan benar ?”


“Mungkin, Allah SWT akan mempersiapkan sebuah negeri terindah untukmu, meski Ibu tak bisa menemanimu kelak. Tapi ketahuilah Nak, kerjasama tertinggi yang pernah ada di dunia ini adalah antara Allah SWT dan para Ibu yang mau memikul tanggung jawabnya. Dan tak ada upah terbesar melebihi yang Allah berikan kepada semua wanita yang tulus mengemban peran sebagai Ibu”

Demikian, Ibu menutup tanya Dinda kecil yang terus mengimajinasikan senyum Tuhan yang terpantul jelas di senyum Ibunya.




“Barangsiapa yg diberi cobaan dengan anak perempuan kemudian ia berbuat baik pada mereka maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.” (Aisyah r.a)

Thursday, September 23, 2010

Laki laki Bersimbah Mutiara


LAKI LAKI BERSIMBAH MUTIARA
Oleh : Ria Jumriati


Kacau. Segenap mata memandang hanya kesan carut marut yang terlihat. Tak ada lagi keseimbangan. Timpang di segala aspek kehidupan. Kekufuran dan kemungkaran menjadi bagian terbesar setiap detak jantung hidup. Kegelisahan merajai segala hal yang suci, tak ada lagi gaung doa yang memantul terkabul. Meski dalam kumpulan 50 orang berhati putih memanjat akan segala hal baik, namun tak ada lagi celah bagi telinga Sang Maha Pendengar. Tertutup dan gelap !. Raja dan Ratu bersekutu pada dunia kemuraman, memuja angkara murka dan memerintahkan para menteri untuk menjalankan pemerintahan dalam naungan bendera kejahatan. Lalu bergemalah khotbah-khotbah palsu. Kemunafikan menjadi tiang utama setiap kelimbungan yang ada. Cukai dan upeti semakin mencekik kaum papa. Jeritan dan tangis mereka adalah alunan lagu merdu bagi para pemimpin bangsa. Kemana berlari ? kemana mengadu ? buntu ! Keadilan semakin buram dan perlahan padam. Naik kan harga sembako ! Masa bodoh mereka bisa beli atau tidak ! peduli setan dengan kelaparan, busung lapar dan tetek bengkek penderitaan orang kecil. Yang penting bendera kejahatan tetap berkibar dibawah seringai ganas para pemimpin dan menteri menteri nya.

Kemudian Sang Raja Perkasa datang. Konon memberi segala kemakmuran dan pencerahan pada dunia yang tengah carut marut. Ia bergerak memberi kekurangan materi dan hulu hingga hilir dunia. Memiliki kekuasan memerintah bumi dan langit untuk menurunkan hujan yang membawa berkah hasil bumi hingga musim kemarau berkepanjangan yang menyiksa. Lewat tangannya banyak sekali muncul keajaiban dan sihir kasat mata yang sulit untuk dibantah. Ia memiliki kelebihan Sang Illahi namun berhati besi dan bermisi merusak segala yang hakiki. Namun takdirnya memang harus ada pada rotasi kehidupan fana ini. Karena disinilah ia akan bermukim dan hancur pada saat datang masa pencerahan yang telah dijanjikan olehNya. Lalu kapan masa pencerahan itu? Sekumpulan orang-orang dalam lingkar suci yang kian mengecil, kerap mempertanyakan itu. Dan ia pun datang dengan seriangi ganasnya.

“Aku lah pencerahan itu ! Kenapa harus mencari yang lain ?” Serunya angkuh.

“Tapi ajaranmu menyesatkan ! kami tidak mau mengikutinya” Salah seorang berkata

mantap. Lalu Si Penguasa itu pun marah dan memotong tubuh pembangkang itu menjadi dua bagian hanya dengan gerakan pelan pada tangannya. Semua menjerit. Semua berlari. Ia pun tertawa terbahak – bahak, hingga menimbulkan keretakan merata pada seluruh pijakan bumi. Sebagian orang-orang itu terperosok jatuh dan tak ada pertolongan. Ia pun tertawa bangga dan kembali menantang siapa saja yang tak mau menyembahnya. Ia lalu kian melebarkan sayap kekuasaannya. Menebar fitnah pada kebenaran, menghalalkan segala yang haram serta membenarkan kebatilan. Pencurian, pelacuran dan segala macam bentuk kemaksiatan tercipta dalam kemasan premium yang canggih dan membingungkan. Benarkah ini untuk diikuti ? segala macam tata bahasa dan propaganda menyesatkan namun terkaji secara professional silih berganti menggoyahkan kelimbungan pada sebagian kelompok yang tak punya keyakinan kuat. Lalu merekapun terhanyut. Si Penguasa itu kembali tertawa dalam bahak kemenangannya. Disetiap pijakan bumi yang disinggahinya, ia kerap mengangkat kacung-kacung untuk menebarkan ajaran sesatnya. Embargo berlaku pada siapa yang menentang. Perang menjadi pilihan terfavorite untuk siapa yang berani menantang. Tak ada kedamaian. Meski kemakmuran mudah diberikannya namun ia menebar virus yang menggerogoti moral kehidupan pada tatanan yang seharusnya. Ada yang sadar namun ada yang terus terlena pada kebobrokan itu. Namun yang tersadar itu kian menipis jumlahnya, dan terus mendapat gempuran dari para kacung-kacung si penguasa itu. Saat itu para pendoa berhati bersih hanya merindukan satu hal yaitu kematian.

Tak ada satu pun yang dapat menandingi kehebatannya. Ia berkuasa bak Pencipta Alam Semesta. Membunuh orang yang membencinya bahkan menghidupkannya kembali. Mengkloning manusia–manusia baik untuk diisi jiwa sesat ciptaannya. Setiap menit terlahir ksatria-ksatria hitam dari rahim kelam yang dimilikinya. Kian hari jumlahnya kian banyak hingga menutupi tiga perempat bumi dengan segala hal busuk yang tak mungkin terlihat dan tercium oleh hati yang bersih. Lalu berapakah jumlah mereka dibanding kstaria hitam milik si penguasa bejat itu ? Meski semakin mengecil mereka tetaplah harus ada, tetap harus bertahan karena memang begitulah karmanya. Harus selalu ada setitik putih diantara kepekatan yang menyelimuti. Harus ada secercah sinar diantara kerajaan gelap yang menguasai.

Penjara terisi oleh orang-orang baik yang terfitnah secara keji. Anak-anak mendurhakai orangtuanya, pelacuran adalah hal paling bergengsi dan diminati. Tak ada lagi aurat yang tertutup. Tak lagi ditemui label halal pada setiap makanan dan minuman. Pengkhotbah palsu sibuk mencari kemakmuran dengan menjual ayat-ayat palsu. Penguasa lalim semakin giat mencekik rakyat dengan segala kebijakan curang yang begitu gampangnya mereka buat. Hanya dengan sekali membubuhkan tanda tangan maka nyanyian kesengsaraan akan segera terdengar dari segala penjuru bumi. Namun ditelinga mereka begitu merdu terdengar dan selalu haus akan jeritan dan rintihan seperti itu. Tapi laporan inilah yang di harapkan oleh si penguasa itu. Sampai kapan ? jerit sekelompok kecil itu.

Diantara kebimbangan dan gonjang – ganjing yang tak ada habisnya. Seseorang dalam kelelahan yang sangat mencoba mencapai bulan. Ia hampir lelah memanjat, selalu kehabisan energy untuk menghadapi keangkara murkaan yang kian merajalela. Namun ia tetap bertahan dalam tiang kebenaran, meski setiap saat si penguasa dan kstaria-kstaria hitamnya selalu berusaha untuk merobohkan. Dan ia tetap berusaha mencapai bulan hingga kelelahan dan tertidur dalam naungan kegelapan.

Hingga suatu ketika….di ufuk timur di atas kemegahan menara putih, datang seorang berpakaian lapis dua berwarna kuning muda. Ia merentangkan kedua tangannya diatas dua sayap malaikat yang menyertainya. Ketika ia merundukkan kepalanya, butiran keringat berjatuhan dan begitu menengadahkan kepalanya, butiran seperti mutiara berhamburan di sekitarnya. Laki laki itu bersimbah mutiara serta pendaran berjuta cahaya. Siapa dia ? Sekelompok kecil itu tersenyum dalam keriangan yang tak berkesudahan. Mereka yang berdiri pada barisan putih senantiasa merindukan untuk disentuh olehnya. Ingin menjabat tangannya dan merasakan aroma Firdaus yang tak pernah lepas dari segenap aura yang dimilikinya. Ia datang memberi sinar pada kegelapan yang tinggal menyisakan satu titik putih di permukaan bumi. Lalu semua menjadi terang benderang, damai sejahtera dan penuh berkah serta rahmat dalam seketika. Lalu kemana ksatria hitam dan kacung – kacung rakus itu ? Mereka berlari tunggang langgang begitu melihat bayangan “Laki Laki” itu, aroma wangi yang ditebarnya justru berbau busuk di hidung mereka. Hingga tak kuasa dan mereka pun terkulai mati tanpa upaya perlawanan sama sekali. Begitu halnya dengan si penguasa lalim itu, raja biadab yang memaksa setiap orang untuk menyembahnya. Ia pun berlari menghindari “Laki laki” agung itu. Misi kedatangannya adalah untuk melenyapkan si penguasa itu, namun sekali lagi tidak dengan kekerasan, bukan dengan mengangkat senjata apalagi mengerahkan jutaan pasukan untuk menggempurnya. “Laki Laki” itu terlalu agung untuk berurusan dengan darah meski bertujuan mulia. Ia hanya menggunakan sorot matanya. Sorot mata yang begitu berkharisma hingga dapat mencairkan si penguasa bak garam yang tersiram air, seperti mentega yang meleleh pasrah diatas kobaran api. Ia pun tak bersisa sama sekali. Hilang dari muka bumi dan selesai sudah riwayat segenap kebiadaban dan keangkara murkaannya. Lalu semua menjadi hijau, kedamaian terserap diseluruh penjuru negeri dan………………………….

Si pemanjat bulan itu ternyata belum pernah mencapai tujuannya. Belum lagi setengah jalan dilewatinya. Ia tertidur. Ia terlalu lelah berharap tentang sebuah pencerahan. Ia pun bermimpi tentang “Laki Laki Bersimbah Mutiara” Oooo…masih jauh di atas bulan bahkan lebih tinggi dari lapisan langit ketiga diantara tujuh lapis yang tercipta. Dimana dia ? kapan ia datang ? Oooo…ternyata kengkara murkaan ini masih terlalu lama untuk dirasakan, dilewati dan dialami. Benarkah masih terlalu lama ?

TAMAT


(Diilhami dari Hadist Nabi Muhammad SAW mengenai kejadian-kejadian menjelang hari kiamat tiba)

Menyingkap Makna Cinta Di Balik Kata


Saya menyukai tulisan ini Bp. Miftahur Rahman, mohon izin untuk menuliskan di blog saya ini, Semoga menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi yang mampir membacanya.


Menyingkap Makna Cinta Di Balik Kata
Oleh : Miftahur Rahman el-Banjary


Prolog

Seringkali cinta melampaui batas kesadaran dan logika manusia. Pada tingkat tahapan tertentu, seorang pencinta dengan sukarela menghambakan dirinya atas nama keagungan cinta. Tak mengherankan, ketika seseorang mengatakan kepada Qais, "Wahai Qais, sesungguhnya cintamu kepada Laila telah membuatmu gila." Qais pun menjawab, "Bahkan cintaku kepada Laila, lebih gila daripada orang gila. Jika orang gila bisa sembuh dari penyakit gilanya, sedangkan cintaku tidaklah sembuh, melainkan bertambah semakin gila."

Itulah cinta. Ia seperti badai. Kau tak melihatnya, namun kau merasakannya. Ia begitu kuat, namun tak terlihat. Ia laksana api unggun. Kau hanya bisa menari disekelilingnya, namun kau tak mampu membenamkan dirimu ke dalamnya. Ia bagaikan udara. Kau menghirupnya, namun tak menguasainya. Ia laksana air penghilang dahaga, sekaligus mampu menenggelamkan pemiliknya. Itulah cinta. Siapapun yang memasuki wilayah cinta, hanya akan ada satu rasa, yaitu keterpukauan dan kehabisan kata-kata untuk mengurainya. Ia akan larut dalam samudera rasa nan mempesona.
Sejatinya cinta sudah ada semenjak alam azali tercipta. Dan legenda cinta menjadi topik hangat yang senantiasa dibicarakan dari masa ke masa dalam kurun peradaban sejarah dunia. Tampaknya ia memang sengaja diciptakan dan dikekalkan untuk menghiasi kehidupan manusia. Tanpa cinta, sungguh kehidupan ini terasa hampa. Cintalah yang mengisi serial kehidupan ini menjadi indah dan mempesona. Cinta adalah fitrah manusia. Kekuatannya mampu menggoncangkan dan menaklukan dunia. Namun, tak seorang pun tahu apa hakekat sesungguhnya. Mereka selalu memperdebatkan apakah cinta itu rasa ataukah jiwa?

Dengan demikian, jadilah manusia sepanjang sejarah tak pernah sepakat hanya untuk mendefenisikan sebuah kata tentang cinta. Sehingga Ibnu Hazm pernah berkata: "Cinta laksana sebutir mutiara yang memancarkan cahaya disetiap sudutnya. Setiap orang hanya mampu melihat secercah cahaya tersebut dari pancaran setiap sudutnya, sehingga mereka selalu berbeda pandangan tentang hakekat cinta." Para penyair dan pujangga pun tak pernah kehabisan merangkai kata-kata indah untuk memujanya. Lantas, dari sudut manakah kita bisa memahami cinta?

Kali ini saya akan mengajak Anda mendalami makna cinta dari asal jadian katanya yang terdapat dalam al-Qur'an. Di dalam Al-Qur'an makna cinta disebutkan berulang-ulang dengan beragam diksi kata yang berbeda-beda. Kadangkala menggunakan lafadz al-hubb, al wudd, al-khullah. Dan kadang pula dengan lafadz al-'isyq, al-ulfah, al-wijdan, dan al-istimalah. Kendatipun dengan penyebutan diksi yang berbeda, namun semuanya menunjuk pada satu makna, yaitu kasih sayang. Tema pembahasan ini pernah saya tulis dalam sebuah artiekel disebuah tabloid mahasiswa pada tahun 2004 yang lalu. Barangkali tak ada salahnya pada kajian sastra kali ini, saya kembali mengupas singkat makna cinta dibalik kata ini dengan pendekatan Linguistik Qur'ani. Kendatipun singkat, semoga bermanfaat.

Rahasia Makna Dibalik Kata Cinta

Menurut Ibnu Qayyim al-Jauzi, perbedaan lafadz-lafadz tersebut menunjuk kepada tingkatan cinta dan pesan khusus yang ingin disampaikannya. Sebagian para pakar bahasa membagi peringkat dan tahapan cinta berdasarkan penggunaan lafadz-lafadz tersebut. Ada yang membagi menjadi tujuh, dan adapula yang membaginya menjadi enam. Berikut makna cinta berdasarkan peringkat urutannya :

1.Al- Mailun

Dalam kamus bahasa Arab, kata yang terdiri dari tiga huruf, ( mim, alif, dan lam) menunjuk kepada pengertian miring atau condong. Jadi, al-mailun bisa diartikan kecenderungan, tendensi, atau ketertarikan. Cinta disebut dengan al-mailun, sebab ia menarik jiwa orang mencintainya. Harta benda juga disebut dengan maalun, sebab sifatnya yang menarik hati bagi siapa saja untuk memilikinya. Seringkali rasa ketertarikan akan menumbuhkan rasa simpati dan kekaguman. Dengan demikian, tak jarang orang yang bersimpati akan berusaha mengetahui sebanyak mungkin informasi orang yang dikaguminya, baik itu namanya, alamatnya, sifat-sifatnya, kesukaannya, dan apapun yang berhubungan dengan orang itu. Tampaknya awal dari cinta selalu dimulai dari sebuah perkenalan dan pendekatan, sehingga muncullah pepatah, "Tak kenal makanya tak cinta, tak cinta maka tak sayang."

Rasa ketertarikan tersebut, bisa disebabkan oleh kepribadian, kebaikan, ketulusan, prestasi, kelebihan, kecantikan, kekayaan ataupun jabatan. Namun, sekali lagi bahwa tingkatan al-mailun ini masih pada tataran rasa simpati dan kekaguman. Sifatnya statis dan mudah berubah. Artinya, bila hal-hal yang menyebabkan kekaguman itu tidak lagi melekat pada orang tersebut, maka akan menyebabkan pudar pula rasa kekagumannya. Ada orang yang begitu tertarik dengan kecantikan seorang perempuan, misalnya. Pada saat kecantikan itu mulai memudar, maka pudar pulalah rasa ketertarikannya. Atau, ada pula orang yang kagum dengan kepribadian seseorang. Namun, disaat orang yang dikagumi tersebut melakukan hal yang tercela, maka rasa kekaguman itu pun sirna. Begitupula dengan sifat kebaikan, kekayaan atau pun jabatan. Tak mengherankan, jika hari ini kita menyimpan rasa kekaguman kepada seorang selebritis atau tokoh tertentu, akan tetapi pada saat lain rasa kekaguman itu memudar dan sirna.

Cinta versi ini, lebih tepatnya disebut dengan rasa simpati atau sekedar perasaan suka. Oleh karena itulah, boleh dikatakan sifat al-mailun ini merupakan awal tingkatan dari peringkat-peringkat cinta. Sebab cinta semacam ini masih membutuhkan dan mendasarkan pada alasan-alasan tertentu dan sebab akibat untuk mencintai. Dan lebih sering pula kita menyebutnya dengan sebutan cinta semu. Akan tetapi, jika rasa cinta tersebut semakin kuat melekat, maka ia akan meningkat pada peringkat yang kedua, yaitu al-Qurth.

2. Al-Qurth

Ada banyak kata mengungkap makna dibalik cinta. Salah satunya adalah al-Qurth. Al-Qurth mengandung arti gemerincing anting-anting. Cinta dinisbahkan dengan kata al-Qurth, sebab orang yang sedang dirundung penyakit cinta, sejatinya hati dan perasaannya layaknya seperti anting-anting. Sifat anting-anting yang senantiasa bergerak-gerak di telinga orang yang memakainya, cenderung menggoncang-menggoncang kejiwaan orang yang kasmaran. Perasaannya dan jiwanya seringkali diliputi perasaan tak menentu. Bahagia, khawatir, rindu, berkecamuk menjadi satu. Kondisi kejiwaan semacam ini merupakan reaksi dari peringkat pertama, al-mailun.

Rasa cinta yang mendalam, bisa memunculkan dorongan hati yang kuat sekali untuk bertemu, selalu berdekatan dan berdampingan dengan orang dicintainya. Bila dorongan tersebut tak terpenuhi, maka akan menjadikan si pemilik hati tersebut akan merasakan kegelisahan. Jadilah, semua kenikmatan dan kebahagian terasa hampa. Malam terasa sangat panjang. Siang terasa melelahkan. Malam selalu terbayang. Dan siang pun selalu terkenang. Inilah yang kemudian memunculkan perasaan yang kita sebut dengan kerinduan.

Kerinduan yang memuncak, namun tak tercapai seringkali membuat hati pemiliknya sangat tersiksa. Nuruddin al- Jami, seorang pujangga besar menggambarkan kerinduan Siti Zulaikha terhadap nabi Yusuf as, dengan kata-katanya, "Bibirnya sibuk mengobrol dengan dayang-dayangnya, sementara hatinya mengaduh dalam keluhan, lidahnya berbicara dengan mereka, sementara seribu lidah api membakar dadanya dengan penuh nafsu. Matanya ada pada wajah orang lain, tapi semua perasaannya ada pada bayangan itu. Kendali hatinya berada di tangannya, tetapi dimanakah hatinya? Ia ada ditempat si pemikat hati itu berada."

Jika peringkat pertama dari al-Mailun merupakan awal tumbuhnya bunga-bunga cinta, maka al-Qurth adalah kuncupnya yang mulai mekar. Bila hati yang menampung cinta sudah tak mampu lagi bertahan. Kerinduan semakin memuncak. Maka perasaan tersebut akan meningkat ke peringkat yang ketiga, yaitu al-hubb. Inilah yang kemudian menjadikan hati terasa dipenuhi taman-taman bunga yang tampak mekar mempesona. Bagi orang yang dirundung cinta, apapun akan tampak terlihat indah.

3. Al-Hubb

Al-hubb mengandung banyak makna dalam bahasa Arab. Diantaranya, ia bermakna letupan gelembung-gelembung air. Jika kita memperhatikan air yang sedang mendidih, maka disana akan muncul gelembung- gelembung airnya yang meletup-letup. Al-hubb menggambarkan nuansa psikologis pecinta yang jiwa dan perasaannya meletup-meletup, laksana letupan gelembung-gelembung air. Hati dan perasaan orang yang sedang dirundung jatuh cinta, seringkali tak menentu. Indahnya tak terperikan, namun maknanya tak mampu diungkapkan dengan lisan, maupun tulisan. Mustafa Lutfi Manfaluthi, seorang novelis besar di Mesir yang menyadur sebuah novel Perancis yang berjudul Majdolin. Di dalam salah satu dialog tokoh utamanya, Steven mengungkapkan isi hatinya kepada kekasihnya, Majdolin dengan ungkapannya yang terkenal: "Aku mencintaimu dengan sepenuh jiwa. Cinta yang menjadikan pena dan dan kata tak berdaya. Karena pena hanyalah tetesan tinta yang berasal dari benda-benda bumi. Sedangkan cinta adalah roh dari para arwah malaikat surgawi".
Dalam makna al-hubb secara implisit terkandung makna penguasaan terhadap diri orang yang dicintainya. Oleh karena itulah, ketika Imaratul Aziz, Zulaikha ingin membujuk nabi Yusuf memadu cinta dengannya, al-Qur'an menggunakan redaksi kata "Qad syaghafahaa hubban." Redaksi tersebut menggambarkan bahwa betapa cinta Zulaikha adalah cinta yang dilandasi syahwat nafsu, sehingga ketika ia tak berhasil membujuk nabi Yusuf, Zulaikha pun nekat mengurung Yusuf di rumahnya, dan mengajaknya berselingkuh. Akal sehat Zulaikha telah dikuasai oleh dorongan nafsunya. Sehingga ia tak lagi memperdulikan derajatnya sebagai seorang istri pembesar terhormat waktu itu. (Rujuk kembali, Qs. Yusuf: 30 ). Dalam ayat lain, makna al-hubb yang identik dan sejajar dengan kesenangan hawa nafsu terdapat dalam surah al-Imran ayat 14. Dalam surah tersebut, maknanya al-hubb tidak saja terbatas pada cinta lawan jenis, akan tetapi juga mencakup cinta harta, cinta kekuasaan, dan cinta keluarga, anak-anak dan sebagainya. (Qs. Ali Imran: 14).

Disebabkan cinta pada tahapan al-hubb ini bermakna penguasaan, maka tak jarang menimbulkan rasa cemburu bagi para pencintanya, jika cinta tersebut berpindah ke hati lain. Sifat al-hubb ini hanya menginginkan cinta murni yang tak tak boleh terbagi ke lain hati. Semakin besar rasa cemburu, dapat memberikan indikasi sebegitu besar pula kadar cintanya. Namun, kerapkali juga rasa cemburu yang berlebihan akan mengakibatkan ketersiksaan, baik bagi orang mencintai maupun yang dicintai, sehingga jadilah cinta yang seharusnya membuat kebahagiaan, berubah menjadi derita dan kesengsaraan.

Makna kedua dari al-hubb, juga bisa berarti biji-bijian. Dari makna inilah kita bisa mendeskripsikan sifat cinta itu seperti layaknya biji-bijian. Sifat cinta senantiasa hidup. Ia akan tumbuh dan bertunas, hingga akhirnya menjadi pohon kukuh yang tak akan roboh, kendatipun diterjang angin badai sekalipun. Cinta bisa hidup dimanapun ia disemai, selama ladangnya yang menampungnya subur menumbuhkan dan memeliharanya. Jika cinta yang disemai senantiasa dipelihara, maka ia akan tumbuh subur dan memunculkan bunga-bunga indah mempesona yang menebarkan aroma semerbak wewangian surgawi.

4. Asyiqun

Pada tahapan selanjutnya cinta juga dinamai dengan asyiqun. Asyiqun bisa bermakna melekat. Orang yang mencapai peringkat ini, cintanya kepada kekasihnya tidak bisa lagi dipisahkan oleh siapapun. Muncullah ungkapan, gunung kan kudaki, dan lautan kan kuseberangi, demi menggapai kesempurnaan cinta. Bahkan, kematian sekalipun bukanlah pengahalang menuju keabadian cinta. Oleh karena itulah, sang pencintanya rela mengorbankan apa saja demi orang yang dicintanya.

Tak ada rintangan yang besar bagi sang pencinta. Semuar rintangan dan hambatan dilalui dengan mudah. Sehingga Ibnu Qudamah mendefinisikan cinta dengan latar perubahan. Cinta mengubah seorang pengecut menjadi pemberani, yang pelit menjadi dermawan, yang malas jadi rajin, yang kasar jadi lembut, yang pesimis menjadi optimis, yang lemah menjadi kuat. Itulah cinta.


5.Al-Habariyah

Tahapan cinta yang kelima adalah al-habariyah. Al-Habariyah bermakna tong besar. Makna ini menunujuk kepada sifat hati yang menampung persemayaman cinta tersebut. Sebagaimana yang dikatakan Kahlil Gibran, "Jika suara adalah kata-kata untuk mengungkap rasa, maka cinta butuh hati untuk singgasananya." Hati yang dipenuhi oleh rasa cinta, seumpama sebuah tong besar yang dipenuhi oleh air. Manakala air itu t'lah memenuhi tong besar tersebut. Sekiranya ditambahkan juga, niscaya air tersebut hanya akan tumpah. Seseorang yang t'lah mencapai derajat cinta ini, tidak akan dapat menggantikan siapapun untuk menggantikan posisi kekasihnya. Hal semacam ini, dapat kita lihat dari perkataan Qais yang mengatakan bahwa sekiranya bidadari sekalipun yang datang untuk menggantikan Laila, niscaya dia tidak akan berpaling dari cintanya kepada kekasihnya itu.

Jelaslah, bahwa seseorang tidak akan mampu mencintai dua orang kekasih dengan porsi cinta yang sama. Demikianlah baginda Rasulullah saw pernah mengadukan perihalnya kepada Allah, bahwa hati beliau tidak adil dalam mencintai istri-istri beliau. Cintanya kepada Aisyah melebihi cinta terhadap para istri-istri beliau yang lain. Dan Allah pun tidak membebani beliau dengan menyamakan perasaan cinta tersebut. Dalam Al-Qur'an sendiri, Allah menyatakan bahwa manusia hanya mempunyai satu hati. Jika hati itu mengarah ke arah barat, maka ia akan membelakangi arah timur, dan begitupun sebaliknya. Seorang sahabat penulis, El-Fandi yang menulis novel berjudul

"Syair-Syair Cinta Pejuang Andalus," menuliskan satu bait syair, "Sekiranya aku mempunyai dua hati, niscaya akan kubagi satu hati untukmu. Namun, Tuhan hanya memberikan satu hati untukku."


6.Shababah

Shababah artinya garam. Jika kecenderungan cinta semakin kuat, maka ia disebut dengan shababah. Apa jadinya sekiranya masakan tanpa garam, tentunya ada sesuatu yang terasa kurang. Begitupula orang yang rasa ketertarikannya sangat kuat, merasakan kehampaan hidup tanpa kehadiran kekasihnya. Jiwanya sudah seakan sudah menyatu dengan orang yang dicintainya. Tingkat kecintaan ini biasanya seringkali dirasakan oleh orang-orang yang mencapai peringkat mahabbah dalam maqamat tasawuf.

Seorang wanita ahli sufi, Rabiatul 'Adawiyah dipuncak kecintaan dengan Allah, menulis bait-bait syairnya: "Aku mencintaimu disebabkan dua cinta. Cinta karena nafsu, dan cinta sejati. Cinta nafsu, karena aku berusaha mencintaimu. Sedangkan cinta sejati engkau t'lah menyingkapkan hijab-Mu, sehingga aku bisa menandang-Mu."
Orang-orang sufi yang mencapai derajat cinta ini sering mengatakan, "Tidaklah aku melihat diriku, melainkan melihat-Nya. Kemana pun kuhadapkan wajahku, disanalah ada wajah-Nya. Aku adalah dia, dan dia adalah aku." Pernyataan semacam ini, hanya merupakan ekspresi tingkat kecintaan yang diluar alam sadar sang pencintanya.

7. Tatayum

Tingkatan cinta yang terakhir adalah tatayum yang berarti penghambaan dan perbudakan. Tak jarang orang yang lemah imannya, akan menjadikan cinta sebagai sesembahannya. Bahkan, ia menganggap kematian atas nama cinta merupakan bentuk keagungan dari cinta. Dalam syairnya Kahlil Gibran mengatakan, "Biarkan aku mati dengan pisau yang engkau tusukkan di dadaku. Jangan engkau cabut pisau ini di dadaku, hanya karena kau ingin aku tetap hidup. Tapi cabutlah pisau ini, agar aku mati dengan kedamaian dan kelembutan cintamu."

Epilog

Kesimpulan dari artikel ini adalah makna cinta itu tak terbatas, sebagaimana tak terbatasnya kekuatan cinta yang maha dahsyat. Tingkatan-tingkatan cinta tersebut diatas hanyalah pembagian-pembagian secara keberagamaan sinonim mufradat kata-katanya dalam bahasa Arab. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Arab yang sejatinya menjadi bahasa Al-Qur'an, bahasa akhir zaman sangatlah kaya dengan keragaman diksi. Pembahasan ini sebenarnya jauh dari sempurna, lantaran keterbatasan ilmu si penulisnya. Namun, pada intinya yang ingin penulis sampaikan disini bahwa cinta begitu luar biasa, sebab ia berasal dari Allah yang Maha Luar Biasa pula. Dan sesungguhnya tidak ada cinta sejati, melainkan cinta yang seorang hamba kepada Tuhan-Nya.

Oleh karena itu, hendaklah puncak kecintaan tertinggi hanya pantas dan layak dipersembahkan kepada Sang Pencipta, Allah Azza Wajalla. Bentuk kecintaan tersebut adalah dengan sepenuh jiwa tunduk dan mengikuti semua perintah dan aturan-aturan-Nya. (Rujuk, Qs. Ali Imran: 31). Dan dalam sebuah hadits baginda Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya tidaklah sempurna iman kalian, sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anak-anaknya." Dalam makna hadits yang sama, baginda Rasulullah saw bersabda: Al-mar'u ma'a man ahabb "Seseorang itu akan dikumpulkan di Padang Mahsyar bersama orang dicintainya.


Dari sinilah dapat kita simpulkan bahwa cinta adalah ketaatan dan kebersamaan. Bila keduanya dapat terkumpul dalam diri seorang hamba, maka ia akan mencapai derajat muhibbin. Dalam istilah tasawuf disebut dengan maqam mahabbah. Semoga Allah menganugerahkan peringkat cinta tertinggi tersebut kepada kita. Karena kekuatan cinta adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada kita, sebab kekuatan itu tidak akan pernah direbut oleh malaikat sekalipun.



Pinggiran kota Cairo , 26 Des 09
Pukul 10.11 AM.