Thursday, April 27, 2017

Terima Kasih Tuhan..


Sejak zaman SMP sampai sekarang ini, saya sering kali di pilih oleh beberapa sahabat saya sebagai tempat ‘curhat’mereka. Ada cerita yang biasa saja, berat bahkan tabu. Dan saya punya komitmen untuk menjaga rahasia itu bahkan kepada suami saya sendiri. Banyak hikmah yang saya dapat. Cara berpikir saya pun beberapa terevolusi dari banyak kasus dan masalah yang menimpa para sahabat saya tersebut. Utamanya rasa bersyukur, meski klise tapi memang patut di yakini bahwa kebahagiaan itu hanya bisa kita dapatkan dari mensyukuri apa yang kita miliki dan bukan mengeluhkan apa yang belum  kita punyai.


Di banyak pendapat umum, pola pikir hampir kebanyakan orang bahwa kebahagiaan adalah ketika karir gemilang dan materi berlimpah, suami atau istri setia, anak anak tumbuh sehat dan bahagia, memiliki ipar, sepupu dan keluarga besar yang saling mendukung. Saya tidak memungkiri pendapat itu. Bagi saya itu adalah kesempurnaan dan selalu ada garis tipis yang memisahkan antara makna kesempurnaan dan kebahagiaan. Dari semua cerita duka perjalanan nasib para sahabat saya, ada beberapa kesimpulan dan tentu hikmah yang bisa saya petik. Bahwa kesempurnaan tak selalu menjanjikan kebahagiaan. Tapi kebahagiaan bisa meraih kesempurnaan dalam pola rasa bersyukur kita pada kehidupan ini. Menyesuaikan pola kesempurnaan kita pada batas rasa syukur kita pada anugerah ini, secara perlahan akan membawa kita pada kebahagiaan yang memang sepadan dengan apa  yang kita butuhkan. Ibarat memilih baju atau sepatu, akan terasa enak dan nyaman di pakai ketika ukuran, model dan motifnya sesuai dengan ukuran tubuh dan selera kita. Memang selalu ada pendapat nyinyir tentang pilihan selera yang tak sesuai dengan keinginan umum, tapi jangan biarkan hidup kita berkubang di dalam ukuran sepatu orang lain. Intinya, kesempurnaan adalah kebahagiaan kecil yang bisa selaras dengan banyak lini di kehidupan kita.
 

Ada beberapa  cerita yang saya dapat dari beberapa sahabat saya, yang jelas mencerminkan pola kesempurnaan yang tak mendatangkan kebahagiaan pada mereka dan sebaliknya. Sebut saja Rasty – Cantik, karir cemerlang, anak sehat, pintar masak dan jago cari bisnis sampingan. Tapi sering tersedu sedu dan curhat mengenai suaminya yang doyan selingkuh. Sampai akhirnya ia pun tak sanggup dan memilih untuk bercerai. Lain halnya, sebut saja Agny – 12 tahun menikah dan belum di karuniai anak dengan karir dan kehidupan yang jauh dari kemewahan apalagi kaya. Toh bisa sangat berbahagia dengan banyak binatang peliharaannya yang di asuhnya bak anak kandung sendiri. Ketika saya menyarankan untuk mengadopsi seorang anak, dengan bijaksana Agny menjawab : “Binatang juga mahluk Tuhan, jika saya dan suami bisa memberikan kasih sayang tulus pada ciptaannya, Dia pasti akan memberikan anugerah lain, yang berhubungan dengan kasih sayang”. Saya terenyuh mendengarnya. Bagi saya Agni  lebih memilih cara berdoa dengan tindakan serta pembuktian tulus. Dan saya sangat merasakan aura kebahagiaan begitu menyebar indah di seluruh penjuru ruang di kediamannya. Agni telah membuat pola kesempurnaannya sesuai dengan kehidupan yang dapat membuatnya bahagia.
 

Ketika sebuah masalah bisa merefleksikan rasa bersyukur dan interospeksi diri, saya semakin merasa kaya. Tak terhitung anugerah Illahi yang telah saya dapatkan selama ini. Rumah mungil kami semakin terasa luas oleh cinta, ketulusan, kesetiaan dan komitmen yang Alhamdullilah tetap terikat kuat hingga kini, dan Insya Allah hingga ajal menyapa. Kemewahan tertinggi adalah ketika tonggak Iman semakin terbangun kuat di pondasi kehidupan kami. Menaungi, menyinari dan menghembuskan semilir hidayah pada keluarga kecil kami yang sederhana dalam pola kesempurnaan hidup yang sesuai dengan kebahagiaan yang kami inginkan.

Masalah, tentu akan selalu ada, dan itu lah seninya kehidupan. Ibarat bermain kartu, jangan pernah menyesali kartu kartu kehidupan yang sudah ada di suratan tangan kita. Tapi bagaimana cara memainkannya agar hidup terasa berwarna dalam banyak tantangan yang beraneka.