Friday, October 04, 2013

DUA SAHABATKU



DUA SAHABATKU
Ria Jumriati


 
Aku mengenal Prita, sebagai perempuan dengan karir cemerlang. Di usianya yang baru saja beranjak 35 tahun, ia sudah menduduki posisi General Manager di perusahaan ternama Ibukota. Curriculum Vitae nya di buru berbagai head hunter. Berapapun gaji dan fasilitas mewah yang ia inginkan, pasti ada perusahaan yang mau membayarnya. Kehidupan Prita nyaris sempurna. Suami yang baik dan pengertian, anak anak tumbuh sehat dan kehidupan sosial kelas atas yang gemerlap pujian. Ngobrol dengan Prita, selalu menambah ilmu di bidang fashion, kecantikan dan tentunya serba serbi Kamasutra. Twitternya pun lebih sering  berhastag #SexpostionofTheDay !. Bentuk tubuhnya pun sangat sesuai dengan jenis olah raga yang di ikutinya - Sexy Yoga, Belly Dance, Tae Boxing bla bla bla !. Ia bahkan menjadi member premium di beberapa website berbayar yang sering memberi tips tentang kebahagiaan suami istri, lengkap dengan gambar dan tayangan bergerak. Beruntungnyai suami Prita !

Siapa perempuan yang tidak ingin seperti dirinya ? Termasuk aku yang juga  sangat mendambakan life cycle yang di miliki Prita. Satu hal yang kurang dari Prita, ia sering mengeluh tentang hal – hal kecil di hidupnya. Untung saja, ia mampu membeli kosmetik mahal dan perawatan kecantikan ala super model. Bisa di pastikan semua kekurangan fisik bisa tertutup dengan sempurna. Tapi entah mengapa mata Prita sering sekali sembab dengan wajah kusut tak bahagia. Hmm...kurang apa lagi sih ? Bukankah semua sudah terpenuhi ?

Saskia – Sahabat ku yang satu ini berbanding terbalik dengan kehidupan yang di miliki Prita. Suaminya, hanya mampu membelikan Saskia dan anak semata wayang mereka , rumah kecil berukuran 60 meter. Letaknya pun puluhan kilo dari pusat kota. Saskia berangkat kerja selepas subuh, sementara suaminya memiliki usaha warung kecil kecilan di rumah sambil menjaga anak mereka. Tapi ia jarang mengeluh. Saskia sendiri, bekerja di salon Muslimah. Sesuai dengan penampilannya yang tertutup dari rambut hingga ujung kaki. Tapi ia mahir mematut diri. Wajah dan tubuhnya selalu segar, dengan sorot mata yang penuh binar bahagia. Satu yang menurutku kurang dari Saskia. Ia terlalu polos tanpa make up. Satu satunya kosmetik yg di pakai hanya ulasan tipis bedak dan lip gloss. Beda dengan  Prita yang  modis dan begitu antusias dengan topik-topik seputar kehidupan seks suami istri, Saskia justru menghindari. Menurutnya, hal itu terlalu pribadi untuk di umbar dan di bagi, meskipun dengan alasan menambah pengetahuannya sebagai istri. Saat bersama suaminya di depan umum, mereka pun seperti menjaga jarak. Beda dengan Prita dan Dennis, yang berani berciuman mesra dimana pun. 

Aku sendiri, sangat menghargai apapun bentuk prilaku dua sahabatku itu.

Suatu hari Prita mendatangiku dengan wajah lebih kuyu dan sedih dari biasanya.
            “Ada apa Prita ? Kamu kok kusut banget ?”
            “Rasanya....Aku mau bunuh diri saja !” Ujarnya putus asa tiba tiba
Aku terperanjat sambil menatap wajahnya iba. Matanya sudah basah dan semakin tersedu sedu.
            “Prita...tenang, ada apa sebenarnya ? Bukankah hidupmu begitu sempurna ?”
            “Sempurna ?? Prita menatapku sayu lalu kembali terisak.
            “Kamu memiliki semua hal yang di inginkan setiap perempuan di dunia ini. Apa itu masih kurang sempurna, Prita?”
            “Aku..aku tidak bahagia, Anna...Aku menderita !”
Tambah kaget dan tak percaya dengan kalimat itu. Bagaimana mungkin dengan kehidupan serba terpenuhi kata “menderita” bisa di ucapkan Prita ?
            “Apa yang membuatmu menderita ? Kamu punya segalanya kan ?”
            “Tidak Anna, semua itu tidak ada artinya jika suamimu ternyata lebih mencintai perempuan lain”
            “Hah ? Suamimu selingkuh ?”
Prita menangguk sedih. Aku kembali terhenyak bingung. Apa kurangnya Prita. Ia cantik, karir cemerlang, pandai bersolek dan untuk urusan ranjang, aku yakin Prita sudah terbilang expert di bidang yang satu itu. Suami macam apa yang tidak mensyukuri segala kelebihan yang dimiliki istrinya ??
            “Ta, apa mungkin ada perempuan lain yang bisa menandingi semua kelebihan yang kamu punya ? Atau suamimu saja yang kurang bersyukur” Tanyaku mencari tahu. Prita hanya  menggeleng sedih. Meski mulai sedikit tenang.
            “Dennis berselingkuh dengan perempuan yang....yang jauh berada di bawahku”
            “Maksudmu ? Dengan si Siti pembantu di rumahmu ?” Sambarku kaget, tapi ia menggeleng. “Ternyata, selama setahun terakhir ini...Dennis sudah menikah di bawah tangan dengan Jamilah, salah satu perempuan di tempat panti pijat langganannya”.
            “Astagaaaa......kok bisa ?? Pasti suamimu kena ilmu pelet, Ta ? Dan Si Jamilah itu pasti cuma mau mengeruk harta kalian lewat suamimu, hati – hati loch !”
            “Aku tidak tahu Anna, Tapi Dennis telah jujur mengakui….Ia..ia menemukan kenyamanan dan irama yang sama dalam segala hal bersama Jamilah. Ia bahkan....rela tak mendapatkan harta secuil pun dari pernikahan kami, asalkan aku bisa melepaskannya untuk hidup bersama perempuan itu....” Tuturnya pedih.
            “Apa ?? Nyaman dengan tukang pijat ? Lalu dirimu di anggap apa selama ini, bagaimana bisa sih, Ta ?”
            “Menurut Dennis, aku terlalu tinggi buatnya. Kami tak memiliki irama yang senada di semua hal dalam pernikahan kami. Dan..ia tak bisa lagi bersandiwara terus menerus”
            “Maaf Ta, boleh aku tanya hal yang lebih pribadi ?”  Prita menatapku lalu mengangguk pelan.
            “Emm...sebagian besar suami berselingkuh karena kehidupan seks dengan istrinya kurang terpenuhi. Apa kamu dan Dennis memiliki masalah itu ? Mendengar apa yang sering kita obrolkan, sepertinya aku tak melihat itu di hubungan kalian”  Prita mendesah berat. Tatapannya kosong kedepan.
            “Selama ini, aku lah yang memegang kendali di semua kehidupan pernikahan kami, termasuk urusan seks. Egois memang, saat ia merasa tak nyaman aku sering tak peduli dan….terkadang memperlakukannya hanya sebagai ‘alat; “
            “Ohhhh…yaaaa ?? Aku kira cuma laki laki yang bisa begitu sama perempuan. Ternyata....Ups, Sorry, sorry Prita...soalnya aku baru mendengar hal ini bisa kejadian sama lelaki” Seruku hampir tak percaya.
            “Aku memang salah, aku terlalu egois dan sering menganggap sepele segala permintaan dan masukkannya. Aku terlalu dominan..” Aku hanya mampu menatap sahabatku iba. “Prita, aku yakin belum terlambat. Bicaralah baik baik pada Dennis. Jika dia tulus mencintaimu. Selalu ada jalan bagi kembalinya hubungan kalian”
            “Terima kasih, Anna….semoga aku masih punya energi dan harga diri untuk mencoba lagi” Sahutnya tersenyum sendu.

            Sementara kubiarkan Prita yang masih berkutat dalam usaha mengambil kembali hati Dennis. Sore sepulang kantor, tiba tiba  Saskia menelponku.Suaranya yang  lembut terdengar sedikit gugup.
            “Ada apa Saskia ?”
            “Aku..aku mau minta tolong nih, An...tapi...tapi aku malu” Suara Saskia kini terbata.
            “Malu ? Memangnya mau minta tolong apa sih ? Gak usah malu lah...ngomong aja. Kamu kan tahu aku penjaga rahasia terbaik” Balasku tertawa renyah.
            “Aku...hmm....suamiku....eh...apa ya ?”
            “Duh, apa sih Saskia....ngomong aja, ada apa ? Biar gampang aku bantuin nya” Ujarku mulai tak sabar.
            “Begini An....suamiku tumben tumbenan, mau lihat aku...ehm...pakai..pakai lingerie. Tapi…aku tidak tahu, lingerie mana yang cocok buatku. Kamu bantu aku pilihkan ya, soalnya aku sendiri….belum pernah punya baju model begitu”

Di ujung telpon aku tersenyum geli membayangkan keluguan Saskia, tapi langsung setuju untuk membantunya. Aku terkesima sejenak, kedataran hubungan suami istri yang di tampilkan mereka di depan umum, mungkin berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di kamar tidur mereka. Kita tak pernah tahu rahasia sepasang suami istri. Dan sangat tidak bijak jika terlalu cepat menilai hubungan seseorang lewat kacamata umum. Penilaianku pun terkoreksi untuk Saskia.
            “Jadi...kamu mau pilih yang merah atau hitam ?” Tawarku pada Saskia sambil menyodorkan dua  lingerie berenda sederhana dengan motif bunga bunga kecil berbahan satin halus. Saskia masih terlihat bingung.
            “Menurutmu bagus yang mana ?”
            “Suamimu suka warna merah atau hitam ?”
            “Dia tidak bilang harus warna apa sih, pokoknya yang penting lingerie”
Aku kembali tertawa kecil melihat kepolosannya.
            “Hmm..kalau aku menilai karakter Mas Dodo yang kalem, kayaknya dia pasti lebih suka warna hitam”  Tiba tiba Saskia tertawa pelan. “Kalem..? Nggak juga loch” Timpalnya dengan wajah bersemu.
            “Oya ?? Wow, kalau begitu kamu harus pilih model yang ini ?!” Seruku menyodorkan lingerie two pieces berwarna merah menyala. Saskia malah terbahak.
            “Loch, kalau mau membahagiakan suami jangan setengah setengah” Bisikku menggoda. Saskia menutup mulutnya menahan tawa dengan pipi memerah.
            “Sebenarnya aku malu melibatkanmu untuk urusan pribadi bersama suamiku. Tapi….”
            “Tenang saja Saskia, rahasiamu di jamin aman. Tapi, aku nggak nyangka loch. Aku kira kamu dan Mas Dodo pasangan dengan kehidupan seks yang datar. Tapi ternyata....wow !” Ujarku menggoda. Saskia kembali tersipu. “Apa sih rahasiamu, bisa tetap awet ?”
            “Sederhana saja Anna, tidak harus berlebihan dalam menjaga ikatan pernikahan kita. Cukup kenali nature dasar seorang laki laki”
            “Maksudmu ?” Timpalku belagak bodoh. Saskia menatapku lembut.
            “Hargai dan hormati suami seperti orang tua kita, tapi manjakan dirinya layaknya anak balita”
            “Ow...itu toh kiat mu...Hmmm, betul juga ya...boy is still boy !”
            “Selama apapun usia pernikahan itu, kita lah sebagai istri yang harus terus menyesuaikan diri pada ritme dan irama kehidupan yang diciptakan suami. Laki laki adalah mahluk egois, untuk itulah perempuan di berikan kekuatan mental untuk menghadapinya”
            “Dan…kamu tidak keberatan jika ada hal yang berbenturan dengan prinsip dan harga dirimu ?” Pancingku ingin tahu.
            “Untuk itulah pentingnya komunikasi berimbang dalam perkawinan. Tidak dominan dan satu arah. Jika memang saling cinta, pasti akan saling mendengar dan menghargai” Timpalnya tersipu sambil pelan pelan memasukan lingerie two pieces itu ke dalam kantong belanjanya. Hmm...

 Aku tertegun mendengar ucapan bijak Saskia. Pikiranku langsung melayang pada Prita. Seandainya masih ada waktu bagi Prita untuk menyelaraskan irama perkawinannya bersama Dennis. Aku hanya  mampu berdoa untuk mereka.

            Saskia dan Prita adalah dua sahabatku dengan latar belakang bak bumi dan langit. Dari keduanya, aku mendapat banyak pelajaran berharga tentang hubungan dalam pernikahan. Tentang harga diri dan pentingnya menyelaraskan ritme kehidupan pernikahan dengan blue print dasar laki laki dan perempuan yang berbeda. Seperti halnya tangga nada dalam sebuah lagu. Iramanya baru terasa indah, jika ada nada rendah dan tinggi. Dan Saskia, rela untuk beberapa saat merendahkan nadanya untuk tetap terciptanya irama kehidupan perkawinan yang terdengar indah di telinga mereka berdua. Tak sulit tapi perlu perjuangan yang tentunya sangat menguji mental dan harga diri.

TAMAT