Monday, December 13, 2010

Peristiwa 10 Muharram dan Hikmah Berpuasa Aasyura

(Sumber: Kultum Islam)

Dari Ibnu Abbas r.a berkata Rasulullah S.A.W bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa pada hari Aasyura (10 Muharram) maka Allah S.W.T akan memberi kepadanya pahala 10,000 malaikat dan sesiapa yang berpuasa pada hari Aasyura (10 Muharram) maka akan diberi pahala 10,000 orang berhaji dan berumrah, dan 10,000 pahala orang mati syahid, dan barang siapa yang mengusap kepala anak-anak yatim pada hari tersebut maka Allah S.W.T akan menaikkan dengan setiap rambut satu darjat. Dan sesiapa yang memberi makan kepada orang yang berbuka puasa pada orang mukmin pada hari Aasyura, maka seolah-olah dia memberi makan pada seluruh ummat Rasulullah S.A.W yang berbuka puasa dan mengenyangkan perut mereka                                                                               
                            
                                                                                  
Lalu para sahabat bertanya Rasulullah S.A.W: "Ya Rasulullah S.A.W, adakah Allah telah melebihkan hari Aasyura daripada hari-hari lain?". Maka berkata Rasulullah S.A.W: "Ya, memang benar, Allah Taala menjadikan langit dan bumi pada hari Aasyura, menjadikan laut pada hari Aasyura, menjadikan bukit-bukit pada hari Aasyura, menjadikan Nabi Adam dan juga Hawa pada hari Aasyura, lahirnya Nabi Ibrahim juga pada hari Aasyura, dan Allah S.W.T menyelamatkan Nabi Ibrahim dari api juga pada hari Aasyura, Allah S.W.T menenggelamkan Fir'aun pada hari Aasyura, menyembuhkan penyakit Nabi Ayyub a.s pada hari Aasyura, Allah S.W.T menerima taubat Nabi Adam pada hari Aasyura, Allah S.W.T mengampunkan dosa Nabi Daud pada hari Aasyura, Allah S.W.T mengembalikan kerajaan Nabi Sulaiman juga pada hari Aasyura, dan akan terjadi hari kiamat itu juga pada hari Aasyura!".[]

Monday, December 06, 2010

Launching FIMELA.COM


Tanggal 3 Desember 2010, berlangsung launching www.fimela.com yaitu online media portal khusus para wanita Indonesia yang modern dan memiliki mobilitas tinggi. Bersama team Marcom, saya dan teman2 yang diundang turut menjadi team penggembira diantara para selebritis dan kaum jet set lainnya. Kuncinya...percaya diri ajah ! :-)

l



Sarah Sechan, Indi Barend, Samuel Mulia & Becky Tumewu sebagai tamu kehormatan

Marcom'ers & Magnivate 
Numpang Nampang :-)

Among the Celebrities...:-) *Invisible guest mode on*

Wednesday, December 01, 2010

SIKLUS TERINDAH


SIKLUS TERINDAH
by : Ria Jumriati
(Dimuat di Majalah Goodhouse Keeping Edisi Juli 2010)

Entah mengapa selama 2 tahun berturut turut ini, Nenek meminta ulang tahunnya dirayakan di bulan Juni. Padahal Nenek sendiri terlahir di bulan Desember. Entahlah, Nenek punya alasan tersendiri kenapa ia memilih bulan Juni. Kalau mau jujur, memang agak merepotkan dibanding jika Nenek tetap membiarkan kita anak cucunya merayakan di bulan Desember. Selain banyak hari Libur dan tentunya bonus tahunan yang biasanya keluar di bulan tersebut. Tapi ini di Juni ???? Bulan yang pelit hari libur dan evaluasi performance pertengahan tahun pun, biasa dilakukan beberapa perusahaan di bulan ini. Akan sangat mengurangi penilaian, jika mengambil cuti apalagi bolos mendadak.
          ”Hah, Nenek minta di bulan Juni lagi ?” Tanya Papa ketika Mama baru saja meletakkan gagang telepon seusai pembicaraannya dengan Nenek. Mama hanya mengangguk pelan, tanpa berani menatap mata kami yang penuh diliputi tanda tanya dan sedikit rasa kesal. Terutama aku, yang masih terbilang karyawan baru di perusahaan tempatku bekerja. Apalagi hari Sabtu masih sering diminta masuk untuk mengejar dateline materi iklan. Tapi, toh tak ada yang berani membantah keinginan Nenek. Bahkan Om Sandy – Anak bungsu Nenek yang kini bermukim di Australia, sudah dipastikan datang di pertengahan Juni nanti untuk merayakan hari ’besar’ tersebut. Dan seperti sudah menjadi perjanjian tak tertulis, namun harus di patuhi semua anggota keluarga, bahwa tidak ada yang boleh berhalangan hadir untuk acara ulang tahun Nenek. Berlaku mutlak untuk ke 7 anak anak Nenek serta 14 orang cucunya.
          ”Emm...apa tidak bisa di nego lagi Ma ? Seperti tahun tahun sebelumnya, kalau di bulan Desember, tentu Daeng Jasil dan Mbak Ning tidak akan terlalu repot terbang dari Makassar ke Jakarta, mengingat mereka masih punya balita”
          “Kayak tidak tahu Nenek saja. Jangankan dari Makassar, Bang Amir yang di Kalimantan, Sandy di Australia, Mbak Atik  di Bangkok..pokoknya, semua anak, menantu dan cucu Nenek harus mengosongkan jadwal di bulan Juni nanti. Termasuk keluarga kita” Sahut Mama mantap.
          ” Wah, jangan sampai tanggal 20 ya Ma! Mati deh, kalau sampai bentrok sama acara study tour dengan teman di sekolah” Seru Aldo berharap.
          ”Kemungkinan besar tanggal 15 Juni, tapi kita lihat sajalah maunya Nenek bagaimana” Sahut Mama santai, dan langsung disambut tatapan tak bersemangat dari Aldo. Ada helaan panjang berbarengan antara kita bertiga. Anehnya, semenjak aku dan adikku Aldo lahir dan menjadi anak Papa dan Mama. Keluarga kami terbilang demokratis, banyak hal yang bisa diperdebatkan hingga menemui solusi yang menyenangkan semua pihak. Tapi  untuk urusan ulang tahun Nenek ?? Semua argumen mendadak tidak berlaku.

          Aku memperhatikan Mama yang sedang sibuk menelpon jasa catering untuk persiapan ulang tahun Nenek. Mama memang anak kepercayaan Nenek untuk menjadi EO dan bagian promosi untuk segala hal yang berkaitan dengan hajat Nenek. Mama selalu punya waktu lebih untuk meladeni segala obrolan yang sangat membosankan dengan Nenek. Bahkan Mama pernah mengambil cuti ’unpaid’ dari kantornya selama 1 bulan, hanya untuk mengurusi Nenek yang waktu itu terserang demam berdarah. Padahal ada Tante Dinda yang juga tinggal di Jakarta. Tapi Nenek sepertinya hanya mengandalkan Mama. Menurut Mama, semakin tua seseorang yang dibutukan adalah ketulusan. Dan Nenek tahu betul, Mama lah yang paling bisa memberikan hal itu untuknya. Bukan berarti anak lainnya tidak tulus, tapi mata hati Nenek terlalu  peka untuk di tolak apalagi dibohongi.

Terlebih sejak kakek meninggal 3 tahun lalu, dan Nenek tinggal seorang diri. Berbagai cara sudah kami lakukan untuk membujuknya agar tinggal bersama kami, tapi ia bersikeras mendiami rumah kenangannya bersama kakek. Rasanya setiap jengkal di rumah itu menggurat banyak kenangan indah dan berat untuk ditinggalkan. Meski ada seorang perawat yang kami bayar untuk menjaganya, ternyata terlalu sulit untuk memahami keegoisan Nenek dan sifat kekanakan yang semakin mendominasi pola tingkahnya  dari hari ke hari. Di usianya yang ke 75 tahun, Nenek memang tidak dihinggapi penyakit pikun. Terbukti ia masih lancar bercerita mengenai nostalgia terindahnya bersama kakek. Dan cerita itu terdengar hampir seperti CD yang terputar setiap pagi, sore, dan malam hari. Dan ia akan sangat tersinggung jika perawat yang menjaganya terlihat bosan apalagi mengantuk saat mendengar dongengnya. Dan  langsung menelepon Mama untuk meminta ganti perawat yang lebih ramah dan yang terpenting tidak pernah mengeluh bosan untuk mendengarkan semua kisah cintanya bersama Kakek.

Tidak hanya itu, perawat yang menjaga Nenek harus pula mengurus semua benda-benda rongsokan miliknya, seperti radio dari zaman Jepang, cangkir-cangkir antik, frame foto yang membingkai gambar masa mudanya bersama kakek, serta banyak lagi benda-benda kecil, seperti sisir, sapu tangan, dan topi lusuh kakek. Dan setiap pagi, hal yang pertama ditemui dan diperiksanya adalah barang rongsokan itu. Ia selalu ingat, jika salah satu benda kesayangannya bergeser tempat atau berkurang. Pernah suatu kali, seorang perawat lengah memecahkan satu cangkir antiknya. Nenek langsung termenung sedih dan menolak makan hingga berhari hari. Karuan saja tubuh tuanya menjadi lemah dan harus dibawa ke rumah sakit untuk di infus. Akhirnya, jadilah itu beban kami untuk mencari penggantinya hingga ke kolektor barang-barang antik, dan membayarnya dengan harga yang lumayan mahal. Lama kelamaan, kebiasaan Nenek ini akhirnya mendobrak batas kesabaranku sebagai cucunya. Ketika pada suatu pagi, sisir kesayangannya hilang. Siapa sih, yang mau mencuri sisir jelek buatan zaman purbakala itu? Bentuknya besar dan berat, dan bisa bikin rambut rontok karena bergigi jarang dan tajam. Tapi, sejak saat itu Nenek tidak lagi mau menyisir rambutnya bahkan menolak untuk mandi. Mama jadi pusing memikirkannya karena tidak ada lagi yang menjual sisir, seperti milik Nenek. Aku sempat tidak mengerti dengan kelakuan Nenek yang selalu membuat susah dengan permintaannya yang selalu diluar perkiraan kita.
          ”Kok ngelamun, Armel ?” Tanya Mama lembut, namun sempat membuatku kaget. Aku tersenyum.
          ”Ma, Ingat tidak waktu Nenek kehilangan sisir antiknya ?” Tanyaku kemudian. Mama mengangguk dengan senyum.
          ”Cuma heran aja, kenapa orang itu makin tua makin aneh, ya Ma ? Dan aku salut sama Mama yang begitu sabar meladeni Nenek”
“Itulah siklus terindah yang harus kita bayar penuh.”
          “Maksud Mama?” Aku menatapnya tidak mengerti.
          “Ingat saat kamu masih kecil?”  
          Aku mengangguk pelan. Sementara Mama tetap tersenyum penuh arti.
          “Masih ingat? Ada berapa benda kesayangan milikmu yang bila hilang salah satunya, akan membuatmu merajuk dan tidak mau makan,” ujarnya yang serta merta kembali membongkar kenangan pada benda-benda masa kecilku. Ingatanku pun melayang saat aku  kehilangan Pony–boneka kesayanganku. Aku begitu sedih, semangat bermainku lenyap hingga turut menurunkan nafsu makanku. Lalu apa hubungannya dengan Nenek?
          “Kebiasaan Nenek saat ini adalah siklus yang harus Mama bayar lunas sama ketika dulu Nenek selalu menjaga mainan kesayangan Mama dan anak anaknya yang lain. Bahkan Nenek pernah berhenti bekerja hanya untuk merawat Mama dan Tante Atik yang terkena wabah cacar air, ditambah Om Yoto yang nakal luar biasa sampai tak ada pembantu yang betah bekerja dirumah kami. Padahal waktu itu posisi di Nenek di Departemen Kesehatan lumayan bagus. Meski menurutmu apa yang di inginkan Nenek adalah aneh dan membosankan. Sebagai anak, kita punya kewajiban itu Nak, karena kita adalah penyemangat hidupnya hingga kini. Kamu mau Nenek panjang umur kan ?” Tanyanya sambil membelai rambutku.
          Tak ada satu kalimat pun yang keluar dari bibirku. Aku langsung memeluk Mama dengan mata berkaca kaca.
         
          Pertengahan Juni pun tiba, rumah Nenek sejak semalam sudah kedatangan anak cucunya yang bermukim diluar negeri. Dan pagi ini,  Nenek luar biasa terlihat lebih sehat dan bahagia ketika kami semua berkumpul. Terlebih ketika aku mau berlama lama menemaninya ngobrol. Mata Nenek, berbinar indah dan lebih cantik dari biasanya.
          ”Nek, mau tanya dong ? Tanyaku manja sambil merapikan payet payet yang bertebaran semarak di baju Nenek.
          ”Tanya apa Tuni ” Sahut Nenek dengan panggilan sayangnya padaku. Dan hanya akulah satu satunya cucu Nenek yang punya panggilan sayang ”Tuni”.
          ”Kenapa ulang tahun Nenek dirayakan di bulan Juni ?”
Nenek terdiam sejenak. Ada getar dibibir tuanya.
          “Bukannya Nenek tidak menghargai Tuhan yang telah memberi Nenek awal kehidupan di bulan Desember. Tapi diantara 12 bulan yang teranugerah di hidup Nenek, Juni adalah bulan yang selalu mengingatkan Nenek akan kegiatan Nenek dulu yang sangat menguras energi dan peran indah Nenek sebagai seorang Ibu”
          “Maksud Nenek ? Emmm…..”  Nenek memotong kalimatku dengan senyum dan pelukannya.
          ”Dengan anugerah tujuh orang anak yang berselisih umur masing masing 1 tahun. Nenek tidak pernah lupa, setiap bulan Juni Nenek selalu direpotkan dengan kegiatan sekolah. Dari mulai mendaftarkan Om Sandy masuk TK, Om Reza masuk SD, Tante Atik daftar ulang dan Mama mu yang selalu minta ditemani setiap kali ada test ujian”.
          ”Lalu apa hubungannya dengan ulang tahun Nenek ?” Tanyaku masih tak mengerti. Nenek tersenyum dengan mata menerawang.
          ”Karena Nenek selalu merindukan moment di setiap Juni itu. Nenek ingin semua anak dan cucu Nenek berkumpul. Menyaksikan keriuhan dan keributan mereka, yang kini telah menjadi manusia dewasa dan menganugerahi Nenek cucu cucu yang luar biasa. Seandainya bisa, Nenek ingin kembali pada kesibukan di setiap Juni yang telah lama berlalu”
          ”Lalu, mengapa harus menyebut moment ini sebagai ganti ulang Tahun Nenek dibulan Desember ?”
          ”Karena hanya pada perayaan ulang tahun Neneklah, mereka semua mau datang dan berkumpul, selain itu....pasti ada saja yang berhalangan” Ujar Nenek dengan suara parau dan wajah tertunduk sedih.
          ”Kalau Nenek yang minta, di  bulan apapun pasti lah semua anak dan cucu Nenek mau datang” Bujukku sambil memeluk tubuhnya. Nenek kembali tersenyum ceria. Terlebih ketika, Om Yoto, Om Jasil, Om Sandy, Om Reza, Tante Atik, Tante Dinda dan semua anak menantu Nenek lainnya serta ke-14 cucunya ramai ramai menyanyikan lagu ”Aryati” di iringi gitar yang dimainkan  Aldo. Lagu inilah yang konon membuat hati Nenek luluh dan menerima lamaran Kakek.
          Bergantian kuperhatikan keceriaan di wajah Nenek, lalu Mama. Ada siklus terindah yang juga harus ku lunasi untuk dua wanita terkasih ini, kini dan nanti. 

TAMAT

         

Wednesday, November 10, 2010

Seni Mencinta



"What a grand thing, to be loved. What a grander thing still, to love." - Victor Hugo -
 
Alkisah, ketika manusia diciptakan, Tuhan mempunyai rencana indah. Hati yang ditaruh dalam diri setiap manusia tidak lengkap. Ada yang hanya separuh, ada yang sepertiganya saja, tetapi ada juga yang nyaris penuh.
 
Sisanya yang lain, justru sengaja dibuat berkeping-keping dan ditaruh dalam diri manusia yang lainnya. Baru setelah itulah, manusia dikirim ke muka bumi. Dan inilah yang kemudian menjadi tugas manusia. Yakni mencari dan mendapatkan kembali kepingan hatinya justru melalui hubungan dan
perhatiannya kepada orang lain. Mereka yang terobsesi mencari pada dirinya saja akan sia-sia.


Namun, inilah permainan yang menarik, melalui cinta dan perhatian kita pada orang lainlah, maka hati kita menjadi utuh kembali. Menariknya pula, kita tidak pernah tahu siapa yang menyimpan kepingan hati kita. Kita hanya bisa mencoba dan berusaha. Kita harus ingat bahwa kita pun menyimpan
kepingan-kepingan hati orang lain yang harus kita berikan kepada orang yang layak mendapatkannya. Inilah bagian dari
'seni mencinta' bagi manusia di dunia.


Suatu penelitian soal cinta yang menarik dari majalah Psychology Today pada 2002 mengatakan bahwa jiwa kita membutuhkan cinta, sama seperti halnya tubuh kita membutuhkan oksigen. Mereka yang kekurangan cinta cenderung akan menjadi mudah depresi.


Bahkan, dikatakan bahwa cinta adalah obat anti-depresant terbaik di dunia! Realita justru menemukan bahwa mereka yang gampang depresi tidak mudah untuk mencintai, baik diri mereka sendiri maupun orang lain. Mereka ini jadi sangat berpusat pada diri mereka sendiri. Namun, inilah yang justru
menyebabkan mereka dijauhi orang.


Cinta merupakan seni penting dalam kehidupan kita. Bukan pada manusia saja, bahkan bagi hewanpun, cinta merupakan kunci kehidupan penting.
Beberapa penelitian dengan kucing menunjukkan bahwa kucing-kucing yang selama tiga bulan pertama tidak pernah bersentuhan dengan induknya atau manusia, akhirnya akan menjadi kucing liar.


Beberapa penelitian lain dengan bayi manusia menunjukkan bahwa anak-anak yang jarang bersentuhan dengan ibunya menjadi lebih kurang merasa aman serta kurang terbuka dalam mengekspresikan perasaannya kepada orang lain.

Sayangnya, berbagai film dan cerita romantik membuat kita agak kacau memahami soal cinta. Karena itu ada beberapa landasan penting soal cinta, yang perlu kita bangun kembali.

Pertama, mari bedakan antara cinta dan sensasi. Cinta adalah sesuatu yang lama serta mendalam, sedangkan sensasi hanya sesaat. Banyak orang berusaha mencari ke sana ke mari untuk mendapatkan cinta yang spektakuler, yang menyebabkan hidupnya jadi bertualang dari satu orang ke orang lain. Pada
dasarnya ini bukanlah cinta, tetapi sensasi.


Hal ini sering jadi penyakit orang-orang terkenal yang ditampilkan dalam berita-berita seputar para selebritas. Saya masih ingat pernah terkagum-kagum dengan perkawinan spektakuler seorang artis dengan pria bule yang kaya dan tampan.


Perkawinannya pun dibuat sangat romantis, pokoknya sempurna. Saat ditanya wartawanpun dia berkata, "Saya yakin telah menemukan cinta sejati saya. Saya merasa dialah soulmate saya". Namun, kenyataannya, beberapa tahun
kemudian cinta si artis itu pun meluntur. Konon si artis ini menemukan pria tambatan cintanya yang lain. Mereka pun
bercerai. Hal ini lantas memberikan kita pelajaran yang menarik.

Karena itulah kita melihat cinta bukanlah sekadar pesta meriah, cinta juga bukanlah hanya hadiah luar biasa, atau peristiwa yang spektakuler. Bahkan, jauh dari itu, cinta adalah sesuatu yang wajar, mendalam, menyentuh relung hati yang paling dalam, rasional serta membutuhkan komitmen panjang.

Bandingkan dengan kisah cinta artis pop Celine Dion yang pada 2000 yang memutuskan mundur sementara dari panggung musik, karena suaminya Rene Angelil menderita kanker. Beberapa tahun, dia bahkan hanya menghabiskan
waktu merawat suaminya. Padahal, tentu saja Celine Dion bisa meneruskan karirnya atau bahkan mencari pria lain, sekalipun. Namun, inilah bukti cinta yang dia perjuangkan demi orang yang dicintainya. Maka, rasanya sangat pantaslah kalau Celine Dion melantunkan lagunya The Power of Love. Dia bukan hanya menyanyikan, tetapi juga membuktikannya.


Kedua, cinta bukanlah proses yang pasif. Banyak film dan cerita novel yang seolah-olah mengajari bahwa cinta adalah sesuatu yang kebetulan dan orang hanya menunggu ketika momennya tiba.


Berbalikan dengan semua ini, majalah Psychology Today justru meneliti bahwa mereka yang sehat hubungannya dengan pasanggannya bukanlah yang pasif, tetapi yang justru aktif memberi dan membagikan kasih sayangnya. Sebaliknya, mereka yang depresi lebih sering menunggu dan pasif dalam hal mengekspresikan perasaan ataupun kasih sayangnya.

Tidaklah mengherankan kalau dalam kesimpulan majalah Psychology Today tersebut dikatakan bahwa cinta adalah suatu keterampilan yang sangat penting untuk dipelajari. Saatnya kita belajar juga seni mencintai dan belajar secara aktif memberikan kasih kita kepada orang-orang sekeliling kita, maka kita pun akan mendapatkannya dalam bentuk balasan berkali-kali lipat.


Ketiga, cinta bukanlah bisnis. Banyak orang mencintai dengan harapan akan mendapat balasan tertentu. Akibatnya, saat tidak mendapatkan apa yang diharapkan, orang menjadi mudah kecewa. Begitu pula, ada beberapa orang yang melakukan tuntutan atas nama cinta. "Kalau kamu mencintai, kamu pasti
mau begini..." Ini adalah bentuk manipulasi cinta dan ini bukanlah cinta tetapi sebuah transaksi. Dalam cinta yang sesungguhnya kita tidak lagi hitung-hitungan. Bahkan ada banyak kisah di mana justru jika dihitung-hitung secara bisnis, cinta ini merugikan. Namun, ganjarannya adalah kebahagiaan dan inilah yang tak terukur dengan uang.


Keempat, perasaan cinta pun menyehatkan secara fisiologis. Perasaan cinta ternyata menghasilkan suatu zat oksitoksin yang sangat berguna bagi tubuh kita. Zat inilah yang membuat kita merasa nyaman, hangat dan ceria terus. Beberapa obat-obatan terlarang juga menghasilkan zat-zat dengan efek yang mirip. Beberapa penelitian dengan pasangan tua yang banyak memberikan pelukan dan mengungkapkan rasa kasih sayangnya, menunjukkan jumlah zat oksitoksin yang lebih banyak dalam kandungan darah mereka.


Begitu juga anak-anak yang sering mendapatkan pelukan dan ciuman dari orang tuanya, mempunyai kandung oksitoksin yang lebih tinggi. Yang membuat mereka lebih tidak mudah depresi, lebih ceria dan lebih bahagia dalam hidupnya.

<oleh Anthony Dio Martin, Director HR Excellency>

Wednesday, November 03, 2010

MAKANAN APHRODISIACS, PERCAYA ATAU TIDAK ?


Pernah dengar istilah “Makanan Aphrodisiac”. Pasti pernah dong ya ? Di berbagai media seperti majalah, koran, tabloid, internet dan juga TV sering sekali kita membaca dan dengar tentang jenis-jenis makanan yang konon bisa membangkitkan gairah, khususnya untuk kaum adam. Malah dalam sebuah buku karya Syeikh Nefzawi yang bertajuk The Perfume Garden atau dapat diartikan Taman Wewangian ini disebutkan beberapa ramuan khusus untuk membangkitkan keperkasaan pria. Wah, kalau memang benar, sebagai istri yang baik, pastinya ingin mempelajari jenis makanan yang bisa diolah untuk kepentingan tersebut, yang tentunya untuk kebahagiaan rumah tangga kita juga.


Tapi dari banyak pembicaraan yang saya ikuti di milist dan forum, ternyata beberapa makanan jenis ini seperti: Terong, Pare, Coklat, Kerang, Asparagus, Pisang, Alpokat daging kambing dll, tidak bisa di claim secara mutlak bisa ‘menuntaskan’ segala permasalahan yang berkaitan dengan libido kaum pria. Tidak ada kebulatan suara baik dari kaum awam atau dari para ahlinya sendiri, yang kerap mempergunakan kata “Barangkali” atau ‘Diyakini” dalam menerangkan jenis makanan aphrodisiac ini. Jadi kesimpulannya, mungkin jenis makanan aphrodisiac memang mengandung jenis vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk meningkatkan stamina tubuh. Tapi mengenai claim bisa ‘membangkit’kan gairah seks kaum pria, sepertinya berpulang pada keyakinan masing masing karena banyak mitos yang ternyata masih dipercaya turun temurun untuk hal ini. Bisa jadi karena terlalu percaya maka bisa membangkitkan kepercayaan diri dan pada akhirnya keperkasaan diri :-)


Berikut beberapa jenis makanan ‘Aphrodisiac” yang “diyakini” bisa membangkitkan gairah dan stamina kaum pria dan wanita, yang saya kutip dari berbagai sumber. 

SELEDRI

Sayuran yang kerap kita jumpai pada menu sop ini merupakan sumber makanan yang bisa meningkatkan rangsang seksual. Karena seledri mengandung senyawa androsterone, hormon tanpa bau yang keluar melalui keringat pria. Hormon ini ‘diyakini’ bisa membuat wanita terangsang.


TIRAM MENTAH

Tiram dikenal sebagi makanan laut yang kaya akan zat besi, yang bisa menaikkan jumlah sperma dan produksi testosterone. Selain itu juga mengandung dopamine, hormon yang ‘diyakini’ bisa menaikkan gairah seksual kaum pria.


PISANG

Pisang mengandung enzim bromelain, yang ‘dipercaya’ bisa menaikkan dan memperbaiki libido lelaki. Sebagai buah tropis, pisang merupakan sumber potassium dan vitamin B seperti riboflavin, yang bisa meningkatkan energi tubuh.


ALPUKAT


Alpukat mampu menurunkan risiko stroke dan serangan jantung, karena alpukat merupakan satu-satunya buah yang kaya lemak, bahkan kadarnya lebih dari dua kali kandungan lemak dalam durian. Kemampuan ini diperkuat oleh kandungan betakaroten, klorofil, vitamin E, dan vitamin B-kompleks yang berlimpah dalam alpukat. Karena bentuknya mirip lekuk tubuh wanita maka sering ‘diyakini’ memiliki esensi meningkatkan stamina seks.


COKLAT

Tak heran coklat sering di jadikan hadiah untuk pacar atau pasangan. Selain rasanya manis dan mudah dibentuk sesuai selera, ternyata coklat mengandung unsur ‘kimia cinta’ yang akrab dipanggil phenylalanine. Wah, ternyata ada ya ‘kimia cinta’ pasti dalam susunan berkala kimia diwakilkan dengan tanda ‘love’ :-) dan sekali lagi ‘dipercaya’ berkhasiat memperbaiki libido dan membangkitkan mood bahagia.


ASPARAGUS

Jika tiram sangat ampuh memacu libido para pria, lain lagi dengan asparagus yang justru ampuh membangkitkan gairah bercinta para wanita. Karena sayuran ini memiliki symbol alat vital para pria! Dan tentunya kaya nutrisi seperti vitamin E, potassium, serta fosfor yang bukan hanya ampuh meningkatkan energi, tapi juga bias menambah ‘kebenaran’ para wanita. Percaya pada symbol atau kandungan nutrisinya ? :-)


ALMOND

Kacang almond merupakan sumber utama asam lemak yang penting dalam produksi hormone pria yang sehat. Selain itu, aroma almond ‘diyakini’ dapat meningkatkan rangsangan pada wanita.

Titik permasalahannya hanya pada penyatuan dua anatomi yang berbeda. "Pria selalu mau tapi tak selalu bisa. Wanita selalu bisa tapi tak selalu mau" Tinggal bagaimana menyatukan 'titik temu' untuk sama sama mau. Apa hanya dari makanan ? Sepertinya setiap orang punya kiat dan siasat yang berbeda tergantung kebutuhan dan pengalaman masing masing kan ?

Nah, semua berpulang pada keyakinan yang kita punya. Percaya atau tidak dengan banyak jenis makanan aphrodisiac ini, tentu akan sangat bijaksana bila mitos yang berkembang kita kolaborasikan dengan pengetahuan yang bisa dibuktikan secara medis. (rj)

Wednesday, October 20, 2010

REVIEW BOOK : 5 KELOPAK MAWAR BERBISA

Kebahagiaan tak terbeli bagi seorang penulis, adalah ketika karyanya dibaca banyak orang. Memberi tak sekedar hiburan tapi juga pengetahuan mengenai banyak hal yang kemudian bisa merubah jalan pikiran mereka, dengan menyimpulkan banyak hal postive di setiap tulisan yang telah tergores dibeberapa novel-novel saya yang sudah terbit. 

Setelah Hendrik Marboen Merina Zega yang menjadikan Novel "Dunia Kristal" sebagai bahan utama skripsinya dalam meraih gelar sarjana kependidikan. Kini saya temui Novel " 5 Kelopak Mawar Berbisa" yang di jadikan bahan penelitian untuk tulisan yang dibuat oleh Bertha Mintari. 

Tak ada yang mampu saya ucapkan, selain rasa syukur karena bisa memberi pengetahuan kepada banyak orang, yang saya lakukan tanpa tujuan apapun selain kenikmatan dalam merangkai kata demi kata yang selalu terlahir tulus dari hati dan imajinasi ini.

Berikut adalah posting tentang Novel karya saya  "5 Kelopak Mawar Berbisa" yang direview oleh Bertha Mintary dan saya copas dari blognya http://berthamintari.blogspot.com. Terima Kasih Banyak !



1.1  Latar Belakang Masalah

Karya sastra yang kita baca dibangun oleh pengarangnya sebagai hasil rekaman berdasarkan perenungan, penafsiran, penghayatan hidup terhadap realitas sosial dan lingkungan kemasyarakatan tempat pengarang hidup dan berkembang (Sumardjo, 1984: 15). Novel sebagai karya sastra dibangun dari berbagai unsur fiksi seperti plot, karakter, tema, point of view dan sebagainya. Sebagai karya fiksi, novel banyak mengandung nilai-nilai sosial, politik, etika, religi, filosofis yang bertolak dari pengungkapan kembali suatu fenomena kehidupan (Sumardjo, 1984: 67).

Pengarang sebagai pencipta karya sastra juga merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri. Ketika ia menciptakan suatu karya, ia tidak hanya terdorong oleh luapan atau desakan dari dalam dirinya untuk mengungkapkan perasaan atau cita-citanya, tetapi juga berkeinginan untuk menyampaikan pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, pendapat, kesan-kesan, dan juga keprihatinan-keprihatinan atas suatu peristiwa yang terjadi kepada seseorang atau kelompok orang (Sardjono, 1992: 10).

Ria Jumriati, lahir pada tanggal 18 Desember 1972 di Jakarta. Kiprahnya di dunia tulis-menulis telah menghasilkan 5 karya fiksi, yaitu Sperma Buat Ratri (kumpulan cerpen, 2007), Lima Kelopak Mawar Berbisa (novel, 2007), Bunga-Bunga Bangkai (novel, 2008), Dunia Kristal (novel, 2009), Ketika Wanita Mensyukuri Apa Yang Ada (Moslem's Chicken Soup, 2010). Karyanya yang berjudul Mata Sang Bidadari (kumpulan cerpen) pernah mendapat penghargaan dari Tabloid Indonesia, serta pernah meraih Juara I dalam Lomba Catatan Harian Ibu oleh Tabloid Ibu dan Anak (2004).

Salah satu novel yang menarik perhatian penulis adalah novel yang berjudul Lima Kelopak Mawar Berbisa (kemudian disingkat LKMB), karena dalam novel tersebut Ria Jumriati mengangkat masalah trauma yang berawal pada peristiwa traumatik yang dialami oleh seorang korban jugun ianfu, kemudian membawa dampak trauma pada anak dan keturunannya. Novel LKMB ditulis oleh Ria Jumriati, karena terinspirasi oleh penderitaan para wanita yang dijadikan jugun ianfu pada masa penjajahan Jepang. Jugun ianfu adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada wanita penghibur yang terlibat dalam perbudakan seks pada Perang Dunia II di koloni Jepang dan wilayah perang Jepang. Jugun ianfu merupakan wanita yang dipaksa untuk menjadi pemuas kebutuhan seksual tentara Jepang yang ada di Indonesia dan juga di negara-negara jajahan Jepang lainnya pada kurun waktu tahun 1942-1945. Para wanita Indonesia biasanya direkrut menjadi jugun ianfu berdasarkan paksaan, diimingi-imingi ke luar negeri, atau akan dijadikan pemain sandiwara (seperti yang terjadi pada ikon perjuangan jugun ianfu asal Indonesia, Ibu Mardiyem) (http://id.wikipedia,org/wiki/jugunianfu).

Hartono (Hindra dan Kimura, 2007: VIII-IX), advokat dan pembela umum di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta berpendapat bahwa sampai saat ini, para mantan jugun ianfu yang masih hidup umumnya menghadapi masalah seperti (1) kesehatan yang buruk akibat kekerasan fisik, psikologis, dan seksual yang mereka alami selama menjadi jugun ianfu; (2) trauma akibat perbudakan seks yang harus mereka jalani pada usia yang masih muda; (3) tertekan secara sosial karena dianggap sebagai bekas pelacur dan manusia yang kotor sebagai akibat dari terbatasnya informasi yang benar tentang sejarah jugun ianfu; (4) tertekan secara psikis karena adanya perasaan bersalah telah menjadi jugun ianfu dan; (5) sebagian besar jugun ianfu hidup dalam keadaan miskin karena ditolak bekerja di tengah-tengah masyarakat dengan alasan mereka merupakan bekas pelacur.

Dalam novel LKMB, dikisahkan secara dramatis yang berawal pada penderitaan yang dialami oleh Marni, sebagai korban jugun ianfu. Peristiwa yang dialami oleh Marni kemudian membawa dampak rasa trauma, kebencian, dan dendam yang dirasakan oleh keluarganya, yaitu Sagiyem, Winarsih, Rumijah, dan Hana Motokura. Trauma seorang jugun ianfu menciptakan rantai dendam tanpa akhir bagi keturunannya, meskipun generasi dan zaman telah berganti.

Tokoh Marni diceritakan sebagai perempuan korban tindak kekerasan tentara Jepang pada tahun 1942. Ia diculik paksa oleh tentara Jepang di hadapan keluarganya, kemudian dijadikan jugun ianfu di rumah pelacuran. Ia mengalami pemerkosaan dan diperlakuan secara tidak manusiawi oleh tentara Jepang. Setelah empat tahun diculik tentara Jepang, Marni dipulangkan dalam keadaan yang menyedihkan. Ia ditemukan oleh warga dengan tubuh penuh luka dan tidak berdaya. Masyarakat tidak menerima keberadaan Marni di lingkungan mereka. Mereka menganggap Marni sebagai bekas pelacur dan manusia ‘kotor’. Marni sering mendapat hinaan dan gunjingan dari masyarakat. Perlakuan buruk tersebut, membuat batin Marni semakin terluka dan keadaan kejiwaannya terganggu. Marni harus menanggung pederitaan sepanjang hidupnya. Trauma yang dialami Marni memengaruhi orang-orang terdekatnya, yaitu Sagiyem, Winarsih, Rumijah, dan Hana Motokura.

Sagiyem merupakan ibu dari Marni. Ia merawat luka-luka pada tubuh Marni sampai sembuh. Sagiyem sangat sedih melihat penderitaan Marni yang mengalami trauma parah. Keadaan tersebut sangat mempengaruhi psikologis Sagiyem. Dalam pikiran Sagiyem sering terbayang pemerkosaan yang dilakukan oleh tentara Jepang terhadap anaknya. Perasaannya bertambah terluka karena masyarakat memperlakukan Marni dengan tidak adil. Ia memiliki rasa dendam yang besar terhadap bangsanya sendiri atas penolakan dan penghinaan masyarakat terhadap keadaan anaknya. Ia pun menanamkan rasa dendam tersebut kepada Winarsih, cucunya.

Winarsih adalah anak dari Marni (cucu Sagiyem). Winarsih adalah tokoh yang tidak pernah merasakan kebahagian masa hidupnya. Masa kecilnya pun hanya selalu terisi dengan berbagai peristiwa yang menyedihkan. Winarsih tidak pernah merasakan kasih sayang dari ayah dan ibunya. Sejak kecil Winarsih telah berpisah dengan orangtuanya, ia dibesarkan oleh kakek dan neneknya. Pada waktu berumur lima tahun Winarsih menyaksikan kejadian penculikan orangtuanya. Semenjak itu Winarsih tidak pernah bertemu dengan orangtuanya. Setelah empat tahun berlalu, Winarsih menyaksikan ibunya ditemukan oleh warga desa dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Ia melihat tubuh ibunya dipenuhi luka dan kemaluannya mengeluarkan darah. Setiap hari, Winarsih menyaksikan penderitaan ibunya yang terkena gangguan jiwa, serta ikut merawat luka yang tersebar di seluruh tubuh ibunya. Meskipun pada waktu itu usianya masih kecil, peristiwa yang menimpa orangtuanya tetap tersimpan di ingatan Winarsih sampai dewasa.
Winarsih, sebagai seorang anak kecil, ia mengalami trauma yang mendalam terhadap penderitaan ibunya. Kesedihan yang terus-menerus ia alami dan luka batin yang besar pada diri Winarsih memicu keinginannya untuk membalas dendam terhadap orang-orang yang membuat ibunya menderita. Wanita tersebut kemudian membangun naluri membunuh, dengan menjadikan orang-orang Jepang sebagai sasaran dendamnya.
Rumijah adalah anak dari Winarsih. Rumijah selalu merasakan tidak bahagia hidup bersama ibunya. Ia tidak dapat menjalani hidup dengan bebas dan menentukan pilihannya sesuai dengan hatinya. Ia memiliki hubungan dengan orang Jepang yang bernama Hori Motokura. Hubungan itu ditentang keras oleh ibunya. Winarsih sangat membenci Hori karena ia adalah orang Jepang. Bagi Winarsih, di dalam diri Hori mengalir darah penjajah yang harus dibunuh. Hubungan antara Rumijah dengan Winarsih menjadi tidak harmonis. Setiap hari pertengkaran dan pertentangan sering terjadi dikeluarganya. Rumijah sering mendapat perlakuan kasar dari ibunya. Ia sering ditampar, dimaki, dan diancam akan dibunuh. Selain itu, Winarsih selalu memaksa Rumijah agar membunuh suaminya sendiri. Pada akhirnya, Winarsih membunuh Hori dengan racun. Semenjak kematian Hori, hubungan antara ibu dan anak itu tidak pernah lagi harmonis.

Hana Motokura adalah anak dari pasangan Rumijah dan Hori Motokura, yang merupakan cucu dari Winarsih. Sejak bayi, Hana diasuh oleh Winarsih sehingga Hana lebih dekat dengan neneknya daripada ibunya. Hana sangat terpengaruh oleh pemikiran Winarsih tentang kebencian terhadap orang Jepang. Winarsih selalu menceritakan pemerkosaan yang dialami Marni (nenek buyut) kepada Hana, sampai psikologis Hana menjadi terganggu. Dalam pikiran Hana tersimpan gambaran buruk akan kekejaman orang Jepang terhadap leluhurnya. Pengalaman traumatis yang diceitakan kepadanya memicu keinginannya akan membalas dendam. Ia juga diajar membuat ramuan jamu, racun, dan penawar racun. Secara diam-diam Hana mengasah naluri membunuhnya dan mencari korban orang Jepang. Selain Rumijah, tidak ada seorang pun yang mengetahui rencana Hana tersebut. Namun, sebagai seorang ibu, Rumijah bertekad tidak akan membiarkan Hana mewarisi dendam sesat neneknya.

Berdasarkan gambaran singkat di atas, novel LKMB mencerminkan gambaran stres pasca-trauma, yaitu sebuah gangguan yang terbentuk dari peristiwa traumatik yang mengancam keselamatan seseorang atau membuat seseorang merasa tidak berdaya. Stres pasca-trauma dapat memengaruhi mereka yang secara pribadi mengalami bencana atau musibah besar, mereka yang menjadi saksi atas kejadian tersebut, dan mereka yang membantu dalam kejadian tersebut, termasuk pekerja sosial dan petugas keamanan. Bahkan hal ini dapat terjadi di kalangan teman atau kerabat dari orang yang mengalami trauma (Smith dan Segal via internet, 2008).

Berdasarkan dari uraian di atas, penulis tertarik meneliti novel LKMB dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Pendekatan psikologi sastra adalah pendekatan penelaahan sastra yang menekankan pada segi-segi psikologis yang terdapat dalam suatu karya sastra (Semi, 1984: 46). Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti mengenai stres pasca-trauma yang terdapat pada lima tokoh wanita dalam novel LKMB, yaitu Sagiyem, Marni, Winarsih, Rumijah, dan Hana Motokura.
Dipilihnya novel LKMB karya Ria Jumriati sebagai objek penelitian karena berdasarkan pengamatan penulis, belum ada peneliti yang menganalisis novel ini secara khusus dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Penelitian novel tersebut akan difokuskan kepada sisi psikologis lima tokoh wanita yang mengalami stres pasca-trauma yang disebabkan oleh peristiwa traumatik yang dialami Marni akibat penjajahan Jepang.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana tokoh dan penokohan dalam novel Lima Kelopak Mawar Berbisa karya Ria Jumriati?

1.2.2 Bagaimana stres pasca-trauma pada lima tokoh wanita dalam novel Lima Kelopak Mawar Berbisa karya Ria Jumriati?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mendeskripsikan tokoh dan penokohan dalam novel Lima Kelopak Mawar Berbisa karya Ria Jumriati.

1.3.2 Medeskripsikan stres pasca-trauma pada lima tokoh wanita dalam novel Lima Kelopak Mawar Berbisa karya Ria Jumriati.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat atau sumbangan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam perkembangan dalam kritik sastra dan ilmu sastra, khususnya telaah sastra dengan pendekatan psikologi sastra.

1.4.2 Menambah pengetahuan pembaca khususnya mengenai karya sastra tentang stres pasca trauma yang dialami oleh lima tokoh wanita dalam novel LKMB karya Ria Jumriati.

1.5 Tinjauan Pustaka
Sejauh pengamatan penulis belum ada yang meneliti khusus novel LKMB karya Ria Jumriati dalam bentuk penelitian ilmiah. Namun, novel LKMB telah disinggung dalam bentuk resensi yang ditulis oleh Damuhbening yang mengatakan bahwa bahasa dalam novel ini sangat singkat, padat, dan langsung pada pokok permasalahan. Tidak ada kata-kata yang mendayu biru. Kisah yang begitu padat dendam dirangkai begitu cepat, namun tanpa kehilangan ruhnya. Tidak ada kesan terburu-buru dari penulisnya dalam mengeksekusi akhir kisah. Sang penulis tetap menjaga alurnya dengan bahasa yang singkat dan lugas. Itulah yang membuat novel tipis ini menarik untuk dibaca (Damuhbening via internet, 2009).

Sebelumnya, pernah ada penelitian tentang stres pasca-trauma yang ditulis oleh Ruby (2006) dengan skripsinya yang berjudul: Post-Traumatic Stress Disorder Akibat Kekerasan Fisik dan Emosional pada Tokoh Gambir dalam Novel Pintu Terlarang Karya Sekar Ayu Asmara pada Tahun 2006. Dalam skripsinya, Ruby memfokuskan penelitiannya pada psikologis tokoh laki-laki, yaitu Gambir akibat kekerasan fisik dan emosional dengan pengetahuan Post-Traumatic Stress Disorder, yaitu gangguan stres pasca-trauma. Dalam penelitian tersebut dibahas tentang gejala-gejala stres pasca-trauma yang dialami tokoh Gambir akibat kekerasan fisik dan emosional. Terdapat 8 gejala stres pasca-trauma pada psikologis Gambir. Hal ini dipengaruhi oleh peristiwa traumatik yang dialaminya sejak kecil sampai dewasa. Teori stres pasca-trauma yang digunakan dalam penelitian tersebut menurut Carlson dan Ruzek.
Berbeda dengan Ruby, penelitian ini akan mengungkapkan stres pasca-trauma yang dapat diakibatkan karena menyaksikan suatu peristiwa traumatik dan membantu dalam peristiwa traumatik tersebut. Hal ini dapat terjadi di kalangan teman atau kerabat dari orang yang mengalami trauma.
Dalam penelitian ini, penulis membahas mengenai gejala-gejala stres pasca-trauma yang dialami lima tokoh wanita, yaitu Marni, Sagiyem, Winarsih, Rumijah, dan Hana Motokura. Terdapat 17 gejala stres pasca-trauma pada psikologis lima tokoh wanita. Teori stres pasca-trauma yang digunakan dalam penelitian tersebut menurut Smith dan Segal.

Berdasarkan teori yang sama, novel yang berbeda, dan obyek penelitian yang berbeda (tokoh dalam novel LKMB), penulis tertarik untuk menelah lebih lanjut psikologis lima tokoh wanita, yaitu Marni, Sagiyem, Winarsih, Rumijah, dan Hana Motokura dengan pengetahuan stres pasca-trauma.
Teori tentang trauma dipakai untuk menjembatani teori tentang stres pasca-trauma.

1.6 Landasan Teori

Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan dua landasan teori yakni struktural dengan memfokuskan pada tokoh dan penokohan dan psikologi sastra. Teori tokoh dan penokohan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas mengenai tokoh dan penokohan dari setiap tokoh dalam cerita, baik itu tokoh utama dan tokoh tambahan. Penggambaran yang lebih jelas tersebut akan membantu pembaca untuk lebih memahami tokoh serta perwatakannya dalam cerita. Penelitian ini menggunakan teori pikologi sastra, karena peneltian ini mengangkat masalah psikologi, stres pasca-trauma yang dialami oleh lima tokoh wanita dengan memaparkan gejala-gejala stres pasca-trauma lima tokoh wanita tersebut. Dalam teori psikologi sastra ini menggunakan pengetahuan tentang trauma untuk menjembatani ke pengetahuan stres pasca-trauma lebih lanjut.

1.6.1 Tokoh dan Penokohan

Tokoh menurut Abrams adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan ( Nurgiyantoro, 1998: 165).

Dilihat dari segi peranan tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga mendominasi sebagian besar cerita. Sebaliknya ada tokoh yang hanya muncul sekali atau beberapa kali dalam cerita. Tokoh yang disebut pertama adalah tokoh utama, sedangkan yang kedua adalah tokoh tambahan (Nurgiyantoro, 1998: 176).

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan. Pada novel-novel lain, tokoh utama tidak muncul dalam setiap kejadian atau tak langsung ditunjukkan dalam setiap bab, namun ternyata dalam kejadian atau bab tersebut tetap erat berkaitan atau dapat dikaitkan dengan tokoh utama (Nurgiyantoro, 1998: 177).
Adapun penokohan adalah pelukisan yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh, sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita, juga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Pengertian tersebut sekaligus menyaran pada teknik perwujudan tokoh dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1998: 165).

1.6.2 Psikologi Sastra

Psikologi sastra adalah cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari sudut psikologi. Perhatian dapat diarahkan kepada pengarang dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri (Hartoko dan Rahmanto, 1985: 126). Pendekatan psikologis terhadap teks itu sendiri dapat dilangsungkan secara deskriptif belaka, namun sering mendekati suatu penafsiran. Pengetahuan tentang psikologi mendorong kita untuk menyadari bahwa sebuah karya sastra sekurang-kurangnya mempunyai dua jenis makna, yaitu jelas dan terselubung. Sesuatu watak tidak harus dinilai dari keadaan lahir saja, tetapi harus dipertimbangkan apa yang dilakukan dan apa yang dikatakannya (Semi, 1984: 48-49).

Sastra dapat memanfaatkan psikologi karena karya sastra merupakan aktivitas ekspresi manusia. Tokoh-tokoh dalam karya sastra adalah manusia-manusia yang terdiri dari unsur fisik dan mental (jiwa). Oleh karena itu, unsur psikologi sangat berperan dalam penokohan (Atmadja, 1986: 63).

Pembahas sastra yang menganut aliran psikologi menggunakan pengetahuannya tentang persoalan-persoalan dan lingkungan psikologis untuk menafsirkan suatu karya sastra tanpa menghubungkan dengan biografi pengarangnya. Pembahas sastra dapat mengamati tingkah laku tokoh-tokoh dalam sebuah novel atau drama dengan memanfaatkan pertolongan pengetahuan psikologi. Andaikata ternyata tingkah laku tokoh-tokoh tersebut sesuai dengan apa yang diketahuinya tentang jiwa manusia, maka dia telah berhasil menggunakan teori-teori psikologi modern untuk menjelaskan dan menafsirkan karya sastra (Hardjana, 1981: 65-66).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pengetahuan teori psikologi stres pasca-trauma untuk meneliti novel LKMB. Teori tentang trauma dipakai untuk menjembatani teori tentang stres pasca-trauma.

1.6.2.1 Trauma

Trauma didefinisikan sebagai keadaan yang dialami seseorang di luar jangkauan manusia biasa dan dapat menyebabkan distres pada hampir setiap orang. Gejala stres sering ditunjukkan ketika trauma terjadi secara mendadak dan tidak diharapkan, seperti ancaman bagi hidup seseorang atau hidup orang lain yang dekat dengannya, kerusakan tiba-tiba terhadap rumah atau komunitasnya, menjadi korban kejahatan kekerasan, dan melihat orang lain terluka atau terbunuh (Wilson, 1996: 152).
Menurut Eth & Pynoos (via Arthayani, 2005: 10), trauma psikis terjadi ketika seseorang dihadapkan pada peristiwa yang menekan sehingga menyebabkan rasa tidak berdaya dalam mengatasi kecemasan atau ketakutan akibat bahaya yang dirasa mengancam.
Kondisi emosi yang ditandai dengan perasaan takut sebagai akibat dari suatu peristiwa yang sangat memukul (berat) dan tidak dapat dilupakan dalam kehidupan seseorang disebut traumatik. Kondisi traumatik biasanya disebabkan oleh peristiwa mendadak, tidak terduga, dan menyebabkan kesedihan mendalam. Individu yang merasa traumatik dapat mengubah perilaku, sikap, pikiran maupun arah kehidupan yang bersifat ekstrim, yaitu negatif atau positif (Dariyo via Arthayani, 2005:11). Apabila peristiwa traumatik tersebut mengarah pada perubahan yang bersifat positif, maka seluruh sikap, pemikiran (pandangan) atau tindakan seseorang akan menjadi lebih baik dan konstruktif. Sebaliknya, peristiwa traumatik yang mengarah pada perubahan negatif akan membuat pola pikir, sikap, maupun tindakan seseorang cenderung mengarah pada kemunduran (regresif). Dengan demikian, hal ini akan merugikan diri sendiri maupun orang lain (Dariyo via Arthayani, 2005: 11).

Orang yang sering mengalami kejadian trauma memperlihatkan berbagai gejala dan masalah sesudahnya. Berapa seriusnya gejala-gejala yang ada tergantung dari banyaknya pengalaman-pengalaman yang dialami orang tersebut sebelumnya, kemampuan naluriah seseorang untuk mengatasi trauma yang pernah dialaminya, dan pertolongan juga dukungan yang diperoleh dari keluarga, teman-teman, juga para ahli (Carlson dan Ruzek via internet, 2008).

Para penderita yang sudah melewati pengalaman-pengalaman trauma umumnya akan teringat kembali pengalaman-pengalaman trauma mereka. Maksudnya, mereka akan teringat lagi kejadian-kejadian yang pernah mereka alami secara mental, emosional, dan fisik. Mereka akan terus mengingat, mengingat gambar atau bentuk kejadian yang pernah terjadi, merasa gelisah atau tidak tenang, dan secara fisik merasakan kembali sensasi trauma yang dialaminya. Mereka merasakan diri mereka ada dalam bahaya, mengalami perasaan panik, rasa ingin melarikan diri dari kejadian yang pernah dialami, mudah marah, dan ingin menyerang atau melukai orang lain. Mereka sulit untuk tidur dan berkosentrasi karena diri mereka selalu merasa cemas dan tidak tenang. Penderita biasanya tidak dapat mengontrol gejala-gejala tersebut maupun menghentikannya (Carlson dan Ruzek via internet, 2008).

1.6.2.2 Stres Pasca Trauma

Menurut Pearson via Arthayani (2003: 11), hampir setiap orang yang mengalami pengalaman traumatik, seperti kecelakaan, perang, dan bencana alam, mengalami pula berbagai gangguan untuk sementara waktu, seperti gangguan tidur, sifat lekas marah, mengalami kembali’ peristiwa traumatik, mimpi buruk, dan usaha-usaha untuk menghindari ingatan tentang peristiwa traumatik. Untuk beberapa orang, gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama dan mengakibatkan gangguan stres yang berkepanjangan dan dapat mengakibatkan terganggunya berbagai fungsi fisik, psikologis, dan sosial. Ketika hal ini terjadi, mungkin saja individu tersebut mengembangkan stres pasca-trauma. Gejala stres pasca-trauma dapat dialami oleh semua orang pada semua tingkat usia, di mana seseorang terbuka terhadap peristiwa traumatik yang di dalamnya terdapat peristiwa yang mengancam kematian atau menyebabkan luka yang serius pada dirinya atau orang lain yang dekat dengan dirinya.

Menurut Scott (via Arthayani, 2005: 12) dalam Diagnostic and Statistical Manual (DSM IV) dijelaskan bahwa stres pasca-trauma adalah gangguan emosi yang luar biasa yang berbeda dengan gangguan emosi lainnya, seperti depresi dan kepanikan. Gangguan ini tidak secara mudah dapat disederhanakan berkaitan dengan gejalanya. Stres pasca-trauma sendiri adalah salah satu kategori diagnostik dari gangguan kecemasan yang diakui oleh American Psychriatic Association (APA).

Munculnya stres pasca-trauma ditandai dengan “terulangnya” pengalaman atau peristiwa yang bersifat traumatik sehingga individu menjadi terpisah dengan realitas, pikiran, merasa, dan bertindak seolah-olah kejadian traumatik terulang kembali. Keadaan tersebut diikuti dengan munculnya gejala tertentu dan pengelakan atau penolakan terhadap gejala-gejala yang berkaitan atau mengingatkan pada trauma (Scott via Arthayani, 2005: 12).
Menurut Baldwin (via internet, 2002) tidak semua orang mengalami peristiwa traumatik dapat menderita stres pasca-trauma, namun unsur ketidakberdayaanlah yang membuat suatu peristiwa secara subjektif bersifat melumpuhkan. Goleman (1999: 285) mencontohkan sebagai berikut; “Ketika seseorang diserang oleh sebilah pisau tahu cara bagaimana membela diri dan bagaimana bertindak, sementara orang dalam nasib yang sama berpikir “mati aku”, maka orang yang tidak berdaya itulah yang mudah terkena. stres pasca-trauma” Dari pernyataan tersebut dinyatakan bahwa ketidakberdayaan seseorang dalam menghadapi trauma psikis merupakan kunci terbentuknya stres pasca-trauma.

Stres pasca-trauma pada awalnya berhubungan erat dengan trauma perang, namun saat ini stres pasca-trauma dikenal sebagai konsekuensi potensial dari suatu peristiwa atau pengalaman terhadap berbagai kejadian yang berpotensi menimbulkan trauma. Kendati tidak ada peristiwa traumatik yang besar atau ekstrim, munculnya gejala tersebut dapat disebabkan oleh stres yang terus-menerus berlangsung dan tanpa henti (Scott via Arthayani, 2005: 13).

Beberapa pengalaman spesifik yang dapat menyebabkan stress pasca-trauma yaitu perang, pengungsian, bencana alam, bencana karena ulah manusia, kecelakaan mobil, kecelakaan pesawat terbang, pemerkosaan, pelecehan seksual pada anak, dan perusakan fisik. Semakin mendalam peristiwa traumatik, semakin buruk gejala-gejala stres pasca-trauma-nya (Wilson, 1996: 151).

Ada banyak kejadian traumatis yang dapat membuat seseorang trauma, sehingga apabila dia mengalami suatu hal kejadian yang dapat berhubungan dengan kejadian trauma yang dialaminya, dia akan kembali teringat akan kejadian traumatis yang lalu. Dia merasa bahwa dia berada di dalam bahaya lagi.
Smith dan Segal (via internet, 2008) mengategorikan gejala-gejala stres pasca-trauma sebagai berikut:

1. Gejala Menghidupkan Kembali (Re-experiencing Symptom)

Seseorang yang mengalami stres pasca-trauma sering merasa peristiwa traumatik tersebut akan terulang kembali. Hal ini biasanya disebut flashback, atau menghidupkan kembali peristiwa. Orang ini mungkin secara berkelanjutan memiliki pikiran atau ingatan yang tidak menyenangkan mengenai peristiwa tersebut, mengalami mimpi buruk yang terus berulang, atau bahkan sering menyebabkan terjadinya respons fisikal, seperti jantung berdetak kencang atau berkeringat ketika teringat akan peristiwa traumatik tersebut. Selain itu orang dengan gejala stres pasca-trauma akan mengalami perasaan menderita yang kuat ketika teringat kembali peristiwa traumatik tersebut. Gejala-gejala tersebut menyebabkan seseorang kehilangan ”saat sekarang”, seolah-olah orang ini mengalami kembali peristiwa traumatik yang dulu pernah dirasakannya (Smith dan Segal via internet, 2008).

2. Gejala Penghindaran (Avoidance Symptom)

Seseorang yang mengalami stres pasca-trauma berusaha untuk menghindari pikiran, perasaan, atau pembicaraan yang berhubungan dengan peristiwa traumatik tersebut. Mereka mungkin akan menghindari orang-orang, tempat, benda-benda yang mengingatkan peristiwa traumatik tersebut. Orang ini secara perlahan-lahan akan kehilangan ketertarikan atas aktivitas positif yang penting, merasa jauh atau seperti ada jarak dengan orang lain. Selain itu, seringkali orang dengan stres pasca-trauma mengalami kesulitan untuk merasakan perasaan-perasaan positif (kesenangan/ kebahagiaan atau cinta/kasih sayang), serta merasa seakan-akan hidup seperti terputus di tengah-tengah. Gejala-gejala ini menyebabkan orang yang menderita stres pasca-trauma tidak berharap untuk dapat kembali menjalani hidup dengan normal (Smith dan Segal via internet, 2008).

3. Gejala Waspada (Hyperarousal Symptom)

Gejala-gejala stres pasca-trauma pada orang-orang sangat berbeda-beda. Mereka mungkin sangat cemas, mudah gelisah, mudah tersinggung atau marah, dan mungkin mengalami sulit tidur seperti insomnia. Mereka akan terlihat terus-menerus waspada dan mengalami kesulitan konsentrasi. Sering orang dengan stres pasca-trauma akan selalu merasa seperti sedang diawasi atau seakan-akan bahaya mengincar di setiap sudut (Smith dan Segal via internet, 2008).
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan beberapa pengetahuan tentang stres pasca-trauma, yaitu tentang gejala-gejala psikologis yang ada dalam diri seseorang bila menderita stres pasca-trauma. Dari beberapa gejala psikologis tersebut akan diteliti lima tokoh wanita dalam novel LKMB.

1.7 Metode Penelitian

Pada bagian ini akan dikemukakan mengenai pendekatan dan metode.

1.7.1 Pendekatan

Psikologi pada dasarnya mempelajari proses-proses kejiwaaan yang dapat diikutsertakan pada studi sastra. Dalam aliran psikologis, seseorang akan mengungkapkan suatu kisah berdasarkan gerak-gerik jiwa tokohnya (Tjahyono, 1988: 230).

Dalam penelitian ini, pendekatan yang akan dilakukan adalah pendekatan dari sudut psikologis. Kritik psikologis dalam studi sastra adalah salah satu kritik sastra yang berusaha untuk mendalami segi-segi kejiwaan penulis, karya, dan pembaca (Tarigan, 1985: 213). Dengan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian dengan pendekatan psikologis dapat dilakukan dalam studi sastra. Tarigan tidak membatasi daerah kajian pendekatan psikologis pada masalah-masalah genetik saja, tetapi juga pada sastra sebagai suatu karya yang otonom dengan meneliti aspek-aspek psikologis yang ada pada para tokohnya.

Menurut Ratna (2004: 334) ada dua cara untuk memulai penelitian karya sastra melalui pendekatan psikologis. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi, kemudian diadakan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis. Penulis memilih dengan cara kedua, yaitu menentukan suatu karya sastra sebagai objek yang akan diteliti, kemudian akan menentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan dari sudut psikologis dengan menggunakan teori stres pasca-trauma. Dipilihnya teori tersebut karena sesuai dengan permasalahan yang ada dalam objek penelitian. Teori tersebut mengemukakan tentang gangguan stres pasca-trauma akibat dari kejadian-kejadian traumatis yang dialami lima tokoh wanita dalam LKMB.

Melalui pendekatan dari sudut psikologis, penulis dapat menganalisis sisi psikologis lima tokoh wanita melalui dialog dan perilakunya dengan menggunakan sumbangan pemikiran psikologi.

1.7.2 Metode

Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (KBBI, 1995: 652). Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, maka metode yang dipakai adalah metode formal dan metode deskriptif analisis.

Metode formal adalah analisis dengan mempertimbangkan aspek-aspek formal, aspek-aspek bentuk, yaitu unsur-unsur karya sastra. Tugas utama metode formal adalah menganilisis unsur-unsur sesuai dengan peralatan yang terkandung dalam karya (Ratna, 2004: 51).

Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan. Analisis berasal dari bahasa Yunani, analyein (‘ana’: atas, ‘lyein’: lepas, urai), tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberi pemahaman dan penjelasan secukupnya. Metode deskriptif analisis adalah metode yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Metode analisis yang dilakukan, yaitu menganalisis unsur ekstrinsik dan instrinsik (Ratna, 2004: 53).
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung memengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang secara keseluruhan membangun struktur karya sastra (Nurgiyantoro, 1998: 23).

Pada penelitian ini, penulis meneliti novel LKMB dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang ada dalam novel LKMB, kemudian disusul dengan analisis, yaitu menganalisis unsur ekstrinsik dan instrinsik yang ada dalam novel LKMB.


1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data untuk menemukan dan menjawab atau mencari permasalahan yang tersimpan dalam novel LKMB, penulis menggunakan jenis riset pustaka. Artinya, dengan berbagai macam buku acuan, wacana lepas, ataupun bentuk pustaka lainnya yang berkaitan dengan permasalahan di atas jawaban permasalahan ditemukan.
Dalam teknik ini juga digunakan teknik simak dan teknik catat. Teknik simak digunakan untuk menyimak teks sastra yang telah dipilih sebagai bahan penelitian. Teknik catat digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap sesuai dan mendukung dalam memecahkan rumusan masalah. Teknik catat merupakan tindak lanjut dari teknik simak (Sudaryanto, 1993: 133-135).

1.7.4 Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data yang dipilih sebagai objek penelitian adalah novel Lima Kelopak Mawar Berbisa, karya Ria Jumriati dan sumber data lainnya diambil dari internet dan buku.

Judul : Lima Kelopak Mawar Berbisa
Penulis : Ria Jumriati
Penerbit : Sheila, sebuah imprint dari CV. Andi Offset
Tahun Terbit : 2007
Tebal : 142 halaman
Cetakan : Pertama

1.8 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian hasil penelitian adalah sebagai berikut. Bab satu pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab dua adalah analisis tokoh dan penokohan. Bab tiga berisi analisis apa saja gangguan stres pasca-trauma pada lima tokoh wanita dalam novel LKMB. Bab empat merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.