Wednesday, February 21, 2018

Lelaki Bermata Berlian #Cerpen




Mimpi tentang lelaki itu......


Sudah hampir satu bulan ini, alam bawah sadarku di kuasai raut sempurnanya. Mata....hmmm, dadaku selalu mendadak sesak saat memikirkannya. Terbuat dari apakah mata itu ? Kilaunya seperti tumpukan berlian, kerlingnya tajam menghujam dasar hati.  Ia jarang tersenyum. Tapi memiliki tatapan yang hangat, liar, menjerat dan mengikat hingga ke lubuk mimpi. Parah...!.


          Jam dinding di ruang kost ku berdetak pelan seirama denyut jantungku. Mata itu kembali menyeruak tak sopan merobek imajinasiku.  Kantukku mendadak hilang, meski waktu sudah berjalan separuh malam.  Ku buka laptopku sambil memperhatikan status teman temanku di facebook. Aku sendiri kurang suka dengan flatform yang begitu fenomena ini. Aku lebih suka menyimpan kisah hidupku untuk diriku sendiri, alhasil facebook ku hanya berisi status copas kata kata bijak, sekedar menuruti permintaan sahabatku untuk punya facebook. Sempat tak habis pikir, begitu banyak orang yang semakin nyaman berbagi rasa di ruang ini. Ada yang pamer mobil, pamer berlian, umbar prestasi anak sampai memarahi dan menasehatinya pun via Facebook. Malah ada yang saling memaki hingga mencapai +100 comment. Aku tersenyum sendiri, dan... Hmm....Mata lelaki itu kembali melapisi retinaku.  Aku mendesah galau, gundah..rasa sesak itu semakin menghimpit relung batinku. Aku bangkit dari tempatku menuju balkon sempit di depan kamarku. Angin langsung menyerbu wajah pasiku. Sudah seminggu ini aku kurang tidur. Tak enak makan, pikiranku terus terpaku pada mata lelaki itu.....Hah !!!!


          Jantungku seperti baru saja loncat keluar. Aku merasa ada sosok akrab yang tiba tiba berkelebat di hadapanku. Dan...Mata itu !  Spontan aku melongok ke bawah, mencari cari tubuh tinggi tegap sempurna miliknya. Mungkinkah ia ada    disini ? Untukku ? Karena kangen? Aku termangu bodoh. Mana mungkin ?! Kenal saja belum, apa pula alasannya ia nekat datang kesini di tengah malam gerimis. Aku menghela nafas dalam, lalu melangkah kedalam. Sebelum menutup pintu, terasa angin hangat menerpa tengkukku. Aku menoleh, tak ada siapa siapa, tapi terasa ada keseluruhan jiwanya di sekitarku. Aku segera meringkuk masuk kedalam selimut. Mematikan lampu dan berusaha terpejam dalam sergapan bayangan dan mimpi tentang lelaki itu.....Akh....tolong!
        
          ”Heh...ngelamun terus ?” Sapa Adele mengejutkan. Aku menoleh tersenyum menutupi kegugupanku. ”Astaga, Helena ! Matamu seperti panda, ngapain begadang terus. Belajar ya belajar tapi jangan over dosis gitu. Lagian kamu udah kelewat pintar kok !”
          ”Aku...nggak begadang” Elakku tersipu
          ”Lalu ngapain, internetan bukan hobbymu apalagi nonton DVD. Lalu apa ?”
          ”Akh..sudahlah !” Ujarku mengelak meninggalkan Adele menuju kantin. Tapi ia segera menarik lenganku. ”Eh, tunggu dulu...ada breaking news !”
          ”Apa sih, di kantin aja lah ceritanya...aku belum sarapan”
          ”Sst...rahasia, ini  tentangmu Len”
          ”Tentangku ?” Aku kembali duduk lalu serius memperhatikan mata bulat Adele yang tersenyum lucu.  Ia mengangguk keras dan tertawa lebar.
          ”Kemarin aku ke library, terus......ehmmm” Ia terdiam dengan senyum lucunya.
          ”Terus apa ?” Adele memandangku seksama. ”Aku gak nyangka....aduhhh, dia itu idola hampir semua mahasiswi...dan ternyata....Helena, Ow Mai Gat !”
          ”Del, aku lapar...kalau mau cerita, buruan deh” Ujarku mulai tak sabar. Tiba tiba 

Adele mengeluarkan Smarphone dari tas WB nya yang berwarna ungu menyala. Mencari cari sejenak lalu menunjukkan sebuah foto lelaki tengah melukis wajahku, yang di ambilnya dari arah belakang. Aku ternganga...tak menapak bumi....terbang....dadaku kembali sesak. Spontan ku rebut Smartphone Adele. Ia mengelak dan tergelak. Tapi segera memperlihatkan gambar itu yang di zoom nya sampai empat kali. Mendadak aku kehabisan oksigen. Lelaki bermata berlian itu, melukis wajahku !!
      
    ”Dia kan yang bikin kamu begadang terus ?” Aku masih menganga memperhatikan tengkuk indahnya di foto itu, lalu wajah pucatku yang di lukisnya dengan pensil arsir. Aku terlihat tirus dengan mata sendu....akh, tapi ia melukisku !. Mataku bak magnet yang menempel  pada foto itu.
          ”Len...Len...Helooooo...Are U Still There ?”  
          ”Aku...aku bahkan belum tahu siapa namanya ?”
          ”Astaga...Dasar si Kutu Buku ! Sejagat kampus ini, sudah tahu nama uniknya – Gatta
Rawallangi dan akrab di panggil ”Farez” Gak ngerti juga apa kolerasi antara Gatta Rawallangi dan Farez, tapi siapa peduli nama. Duh, kamu belum liat senyumnya yaaaa ? Astagaa.....maniessssnya bow ! Slurrfff...”
          ”Kenapa dia melukis wajahku ?”  Tanyaku lugu. Adele langsung terbelakak lalu tergelak. ”Ini akibat kamu terlalu genius, jadi bebal untuk urusan cowok. Yaaa..udah pasti dia suka sama kamu Helena... Apa mungkin sih dia melukis wajah kamu cuma buat menakut nakuti tikus di tempat kos mu ?”
          ”Lalu ?” Aku sesak nafas dan kehabisan kalimat.
          ”Hah ? Pake nanya lagi ! Iya samperin dong....agresif dikit kenapa jadi cewek. Hari gini, terlalu pemalu bisa kebagian yang tonggos dan bau Len”. Aku tertunduk menyembunyikan senyumku.
          ”Ayooo...kita ke kantin ! Biasanya jam segini dia juga lagi nongkrong di sana” Ajak 

Adele sambil menarik lenganku. Aku menurut. Sementara dadaku masih sesak memikirkan foto lelaki dengan tengkuk indah yang tengah melukisku ! Ahh....wajahku ! Mulai besok aku tak boleh tampil terlalu polos. Menyesal kenapa tidak dari dulu aku belajar memakai blush on atau eye shadow seperti temanku yang lain. Wajahku hanya di lapisi pelembab, bedak tipis dan lip gloss tanpa warna. Seandainya aku bisa berdandan, pasti aku akan lebih cantik di lukisan itu.
     
     Aku menghela kecewa saat di kantin tak ada sosok sempurna itu. Adele langsung lupa tujuan utamanya begitu bertemu gerombolan sejenisnya. Tertawa, bergosip dan bercerita seru tentang apa saja. Aku mengambil makanan dan minuman lalu bergabung dengan Adele sebagai pendengar setia, yang cuma bisa manggut dan ikut tertawa meski kadang menurutku tidak lucu.
     
     Aku terduduk lelah lahir batin di balkon kamarku. Hari belum terlalu malam. Tak ada lagi tugas yang harus kukerjakan. Satu satu nya  pengalih dari semua pemikiran tentang Farez adalah tumpukan tugas dari para dosen. Tapi semua begitu cepat dan mudah kukerjakan. Dan menganggur adalah siksaan terberat buatku saat ini, karena pasti di sambangi bayangan mata indah itu !
      
    ”Helena.....” Suara lembut Bu Sari pemilik kos menyentak lamunanku. Aku segera turun. ”Ada tamu untukmu....Laki laki. Ingat ya Nak, tidak boleh lebih dari jam 8 malam” Ujarnya mengingatkan aturan yang sudah berkali kali kubaca di dinding dapur, ruang tengah bahkan kamar mandi.  Aku masih menganga ”Laki laki ?” Gumamku bingung. Aku melangkah pelan menuju teras rumah dengan halaman yang luas. Dadaku tak lagi sesak, tapi aku berhenti bernafas. Sepertinya aku perlu segera di infus ! Ohh...Mata itu menatapku tajam, tapi senyumnya begitu hangat menyirami langsung ke lubuk sanubariku.
          ”Malam Helena...”
          ”Maa...malam” Jawabku gugup.
          ”Maaf, aku belum mengenalmu secara langsung. Aku Farez” Ujarnya mengulurkan tangan. Aku menyambutnya gugup. Matanya masih menikam retinaku. Dan...gagal jantung!
          ”Silahkan duduk” Ujarku berusaha ramah dan normal. Tapi tidak, aku merasa sangat gugup, bodoh dalam kebingunganku.
          ”Aku tidak lama Helena, aku mengerti aturan rumah kos khusus perempuan. Aku hanya ingin memberikan ini untukmu. Sudah lama aku menyimpannya dan baru kali ini punya keberanian untuk memberinya langsung padamu”  Kalimatnya begitu lancar, pun ketika menyodorkan lukisan wajahku yang telah di bingkainya dengan rapi.
          ”Oh...”
          ”Jangan marah ya” Pintanya dengan senyum manis. Tuhan....! Alangkah indahnya ciptaanmu ini.
          ”
Ow..tentu tidak ! Ini bagus..Emmm, kamu pintar lukis ya ?”
          ”Tidak juga, biasanya aku melukis ketika tergerak oleh sesuatu yang begitu kuat”
          ”Oya ?” Aku terperangah.  Tergerak oleh sesuatu yang begitu kuat ? Sekuat apa wajahku menurutnya ? Desis hatiku melambung. Aku berusaha sebisa mungkin untuk tak gugup. Saking bahagia, rasanya aku tak perlu lagi menanyakan alasan mengapa ia melukisku.

 ”Terima kasih, kamu baik sekali” Ujarku tersipu. Tiba tiba ia meraih jemariku. Memegangnya dengan lembut, lalu ia mendekat dan menatap mataku dalam. Ada sesuatu yang semakin menarikku kedalam. Sebuah cerita...sebuah misteri. Tak ada kata...tapi begitu sarat makna.
        
  ”Aku pulang dulu...mimpi indah” Ia pun berlalu, aku masih menganga sambil mendekap lukisan itu di dadaku. Aku terus menatapnya sampai ia menghilang bersama mobil mewahnya. Aku kembali mendesah galau....Ada sesuatu yang janggal di mata itu. Bukan lagi keindahan alami mata anak manusia. Tiba tiba, aku merasakan keanehan itu, tapi kian terjerat kekaguman dan hasrat padanya yang semakin kuat.
         

Sejak malam itu, episode hidupku perlahan berubah. Farez, entah dimulai dari tanggal berapa dan bulan apa, tiba tiba sudah menjadi bagian dari hidupku. Begitu dekat....bahkan terlalu dekat dan hampir mengunci semua pemikiran logisku. Dan aku menikmati dan terbuai dalam dunia Farez yang ternyata di penuhi nuansa misteri dan horor. Siang hari, aku dan Farez menjalani aktivitas sebagai pasangan yang normal. Tanpa mengumbar kemesraan seperti yang lain. Tapi di malam hari, Farez selalu hadir, di menit pertama aku merindukannya. Kerap datang dengan busana hitam pekat, dengan seringai lapar yang perlahan tak lagi membuatku bergidik. Ia mencintaiku, meski aku adalah rantai makanan utama yang paling di minatinya. Terutama isi perutku. Tapi malam malam indah yang berlalu bersamanya, telah membuktikan bahwa aku tak mungkin di mangsanya. Ia terlalu mencintaiku. Ia bahkan tak berani menyentuhku tanpa izinku. Ia terlalu tampan dan sopan untuk ukuran mahluk horor !.


Tak perlu lama bersitegang dengan logikaku, saat kusadari pria yang kucintai adalah keturunan Parakang pemakan darah dan isi perut manusia.  Ternyata, ini bukan sekedar legenda yang terlahir dari suku Bugis-Makassar. Mahluk itu kini ada di hidupku, bergelut, bercinta dan menyatu dengan jiwa dan ragaku. Aku tak sekedar terlena oleh daya hipnotisnya yang luar biasa. Farez sosok penuh kharisma, ia rela memakan perut manusia yang sudah menjadi mayat. Meski menurutnya sangat tidak enak, ia tak mau membunuh seperti species sejenisnya yang ternyata banyak berkeliaran disekitar kita. Ketika ada seseorang yang terkena diare, biasanya ada andil besar mahluk Parakang disitu. Sehabis seorang Parakang menyedot isi perut mangsanya, gejalanya tak beda dengan sakit perut dan diare akut.
          
               ”Apa kau pernah memakan isi perut manusia yang masih hidup ?”   Tanyaku hati hati, pada satu kesempatan ketika Farez mengajakku menjelajahi Kerajaan Parakang, yang hanya bisa di tempuh dengan jalur hipnotis.  Ia menggeleng sedih. Jauh di lubuk hatinya, ia tak pernah mau menerima takdir ini, karma yang mau tak mau harus di terimanya dari Sang Ayah. Begitu seterusnya, karma kelam yang harus pula di terima keturunannya kelak......Sampai di sini, aku bahkan tak mau memikirkannya.


Aku tak sebatas mencintainya bahkan menghargainya, ketika ia berani membawaku ke tempat yang tak pernah aku pikir ada, bahkan mungkin mahluk manapun di dunia ini, kecuali yang pernah memiliki pengalaman dengan mahluk Parakang – Sebuah Kerajaan penuh species Parakang.  Tiba tiba aku sudah berada di satu tempat dengan banyak akar akar pepohonan yang tinggi. Mirip hutan basah di pedalaman Kalimantan. Sesekali terdengar lolongan serigala, auman harimau atau desisan ular. Lalu, dengan cepat berganti genderang bertalu talu, dengan sekelompok wanita dewasa yang menari nari dengan luwes. Mata mereka sama menjeratnya, dingin dan tajam. Meski terbalut nuansa horor yang kental, tapi wajah mereka tak ada yang jelek. Semua tampan dan cantik, serta memiliki ciri yang sama...Mata berlian dan alis sempurna !
         

Semakin dalam aku memasuki dunia lelaki yang kucintai dengan hati dan logikaku. Semakin aku tak bisa melepaskan diri. Tak ada yang tahu, bagaimana masa depanku kelak bersama lelaki dengan makanan pokok yang berbeda dengan ku. Yang aku tahu hanya cinta, kebesaran dan kekuatan cinta selalu bisa merubah segalanya menjadi indah. Seperti apapun takdir Farez terlahir, ketika ia di pertemukan denganku. Ada tangan takdir yang bermain di sini. Ada misi dan peranku yang harus aku jalani suatu saat nanti. Dan kini, aku hanya ingin menikmati ketulusan cinta yang di berikan Farez....lelaki bermata berlian !

TAMAT

Ria Jumriati          
                  
Daftar Pustaka :
1.  http://sejarahbone.blogspot.com/2012/07/gravatar-mengenal-parakang-mahluk-jadi.html