Monday, March 20, 2017

KARMA GETIH - Bab Lima "Poros Waktu" #Cerbung


BAB V
MISTERI POROS WAKTU
(Ria Jumriati)
Image : From Google
                        Suara jeritan kencang dan memilukan terdengar dari lantai atas rumah mewah itu. Tepatnya adalah kerajaan kecil, karena penghuninya adalah salah satu penguasa di sebagian kecil wilayah Malaysia. Seorang pembantu menemui tubuh lelaki itu terkapar parah, dengan beberapa luka tusukan didada dan perutnya. Tak pernah ada bisa mengungkap misteri kematiannya. Namun terdengar selentingan kabar. Seminggu belakangan ini salah satu anak keturunan raja itu mengalami stress berat yang entah apa penyebabnya. Ia mengaku sering didatangi mimpi buruk seseorang dari masa lalunya dan hendak membunuhnya, dan konon selalu terselamatkan karena ia terjaga. Akhirnya Yang Dipertoan Agung Nizham Abdullah, yang memang terkenal gemar mengkoleksi perempuan dari kalangan manapun, untuk kepentingan sex sesatnya, tak pernah berani lagi terpejam. Ia pun semakin tersiksa, setiap kali ia memejamkan matanya, sosok itu datang dengan sebilah keris dan siap menusuk perutnya. Para dokter dan tabib kenamaan negeri Jiran itu telah didatangi untuk menyembuhkan, tapi tak ada yang berhasil. Hingga suatu malam, ia terserang kantuk dan lelah yang luar biasa dan ditemui keesokan paginya dalam keadaan tak bernyawa dengan beberapa bekas luka tusukan dari senjata sejenis keris yang memiliki racun  mematikan. Beberapa media cetak pun ramai memberitakannya. Hingga sampai pula ke telinga Dahayu yang baru saja mengalami siuman setelah beberapa jam pingsan tanpa sebab. Dahayu dan beberapa temannya masih tinggal di pemondokan para tenaga kerja wanita yang siap di kirim ke beberapa majikan yang telah memesan. Dahayu tertegun melihat seraut wajah di koran yang tengah dibacanya ”Misteri Kematian Yang Dipertoan Agung Nizham Abdullah”. Tangannya bergetar, ia masih merasakan pegal dan ngilu diseluruh tubuh dan persendian tangannya. Ada percikan darah yang mengering di telapaknya. Dahayu semakin ketakutan. Ia berlari ke kamar kecil dan membasuh luka itu. Dicermin terpantul wajah Nuri dengan seringai puas. Dahayu kembali berlari keluar, ia pun menjerit kencang.
            ”Tolooooooooong, aku mau pulang !!!!”
Semua yang ada di penginapan itu pun ketakutan. Karena Dahayu tak sekedar berteriak, tapi berlari kesana kemari seperti orang kesurupan. Matanya mendelik keatas. Kadang menjerit kadang tertawa dan terus berlari tak tentu arah. Dari mulutnya terus keluar ocehan tak jelas, bahkan dengan bahasa yang sulit dimengerti. Hal itu terus berlanjut selama 3 hari berturut turut, Dahayu bahkan tak merasakan lapar dan haus sedikitpun. Kepala rombongan TKW pun menjadi bingung dan mau tak mau segera mengurus kepulangan Dahayu ke Indonesia secepatnya.
@@@
                        Dahayu terbaring lemah di pembaringannya. Ia baru saja terbangun dari tidur terpanjang seumur hidupnya. Tubuhnya terasa ringan, ada beban berat yang seolah baru saja terlepas. Disisi pembaringan Mbah Kijah tersenyum senang. Sementara Eyang Karso duduk bersemedi di temani asap dupa yang melengkapi kekhusyukannya dalam berdoa. Ia baru saja melakukan ruwatan pada Dahayu dengan serangkaian ritual ’pembersihan diri’ dari gangguan roh halus. Dan bisa dipastikan, Nuri tak akan datang lagi.
            ”Bagaimana Eyang ? Apa Dahayu sudah terbebas dari semua hal yang mengganggunya ?” Tanya Mbah Kijah penuh harap. Eyang Karso membuka matanya pelan, ada desahnya yang masih terdengar resah.
            ”Mata rantai karma masih belum bisa terputus seluruhnya dari kehidupan Dahayu” Tuturnya pelan.
            ”Maksudmu, cucuku masih akan didatangi roh Ibunya ?”
            ”Nuri tak akan datang lagi, dendamnya telah terlampiaskan. Lelaki itu telah mati dengan cara yang memang di inginkannya”
            ”Lalu ?”
            ”Dahayu telah menyelesaikan ”Karma Getih”nya sebagai anak Nuri. Namun ia tetap memiliki satu mata rantai ”Karma Putih” yang akan di jalaninya. Masih ada seseorang yang menunggunya pada kemisteriusan  poros waktu. Tapi..........”
            ”Tapi apa Eyang ?! Tanya Mbah Kijah ketakutan
            ”Ini bukanlah hal yang menakutkan, bahkan bisa jadi permulaan yang memberi kebahagiaan hakiki pada cucumu”
Mbah Kijah tak mau lagi bertanya lebih jauh. Ia sudah cukup tenang mendengar kalimat membahagiakan itu. Karena memang itulah harapan terdalamnya untuk Dahayu. Meski rangkaian masa depan  Dahayu masih begitu abstrak dan misterius, terbalut banyak karma. Namun nalurinya terus berkata. Suatu saat nanti, entah kapan, Dahayu akan bersanding dengan seseorang yang memiliki derajat dan hati yang sama mulianya. Entah dimana, di sinikah ? atau kembali pada kemisteriusan poros waktu yang memang masih terantai kuat di jalinan karmanya.



TAMAT
            Daftar pustaka :
  1. Mistik Kejawen karangan Suwardi Endraswara
  2. www.kasundaan.org
  3. ”Menyelami Anak Anak Punya Indra Keenam” FEMINA edisi Juli No. 26 XXXVIII – Thn 2010



No comments: