Tuesday, March 21, 2017

LION - #MovieReview



Movie Review 

Title                         : Lion
Release date       : 25 Nov 2016 (USA)
Reviewed by       : Ria Jumriati

“Saroo” adalah nama seorang bocah berumur 5 tahun yang dalam bahasa inggris berarti “LION” (singa). Saroo hidup diperkampungan kecil dan sangat miskin ‘Ganesh Talai” yang bahkan di peta konvensional tidak tertera nama itu. Setiap hari Saroo dan Guddu – Kakak sulungnya, berpacu di atas kereta batu bara, untuk  mengambil serpihannya dan menukarnya dengan susu dan makanan. Kadang diberikan kepada Ibunya yang sangat menyayangi Saroo dan kedua anaknya.

Suatu hari, karena kantuk dan kelelahan. Saroo tidak bisa mengikuti jejak Guddu untuk mencari batu bara seperti biasa, ia pun di tinggal di bangku tunggu sebuah stasiun kereta. Ketika tersadar, Saroo mendapati dirinya seorang diri, kebingungan dan terus berlari mencari kakaknya. Saroo yang aktif, terus mencari hingga akhirnya ia menaiki kereta menuju kota Calcutta – Kereta yang pada akhirnya membawa kehidupan seorang Saroo berlabuh terlalu jauh. Selama dua bulan, hidup Saroo berada dalam berbagai macam intaian bahaya. Penculikan anak, phedophilia dan mengemis apa saja demi mengisi perut kecilnya yang selalu kelaparan. Hingga suatu hari, seorang laki laki menemukan Saroo dan membawanya ke sebuah penampungan anak di kota India.

Selama di penampungan, Saroo dan beberapa anak terlantar di ajarkan tata krama dan bahasa Inggris. Hingga akhirnya nasib mempertemukan Saroo dengan pasangan kaya dari Australia, yang begitu jatuh hati dengan penampilan dan sikap Saroo – Sue dan John Brierley, yang di perankan sangat apik oleh Nicole Kidman dan David Wenman. Sementara Saroo dewasa di mainkan dengan ekspresi agak datar oleh Dev Patel. Film yang di adaptasi dari kisah nyata ini, kurang mampu memainkan emosi penonton. Pun di ending cerita ketika akhirnya Saroo berhasil menemukan desa tempat tinggalnya, tepatnya Februari 2012 dengan bantuan google earth. Sisi emosi Saroo yang sudah berpisah selama 25 tahun dengan keluarga terutama Ibu kandungnya, terasa kurang menyengat.

Priyanka Bose – yang berperan sebagai Ibu biologis Saroo, juga turut memberi kontribusi ‘datar’ nya emosi seorang Ibu yang baru saja kedatangan anak kesayangannya yang telah hilang selama puluhan tahun.


Namun film ini tetap menarik untuk di tonton. Tetap memilliki nilai – nilai kehidupan yang tinggi. Terutama keputusan sepasang suami istri kaya raya (Sue dan John Brierley) yang meski keduanya tak memiliki masalah vertilitas dan bisa melahirkan anak kandung, namun memutuskan untuk mengadopsi anak dari kalangan tak mampu dengan alasan indah dan tulus bahwa di dunia terlalu banyak anak – anak yang menderita dan membutuhkan kasih sayang. Bahkan setahun setelah mengadopsi Saroo, keduanya juga mengadopsi Mantosh, anak lelaki yang juga berasal dari India namun dengan kelaianan mental temprament.

Kekuatan hati seorang Ibu, yang meyakini bahwa anaknya yang di amini hampir seluruh dunia telah meninggal, namun akhirnya kembali ke pangkuannya selama 25 tahun penantian. Juga menjadi pernik indah, tentang terawang dan naluri seorang Ibu yang hampir selalu benar.


- Ria Jumriati -



No comments: